Senin, 30 Desember 2013

0

Just Another Kid- Murid Istimewa: Jerit Lirih Seorang Sahabat --- Torey Hayden

Belakangan ini aku menderita writer's block yang sangat parah. Aku tidak bisa melanjutkan cerpen lamaku atau membuat cerpen baru. Sementara beberapa karya teman-teman FLP ku mulai bermunculan di media massa dan bahkan ada yang sudah bisa menembus KOMPAS! Aku benar-benar frustasi dan mulai belajar menerima mungkin ini adalah fase bagiku untuk membaca dan mengumpulkan referensi. Dulu mungkin aku bisa berbangga karena misalnya bisa membuat cerpen-cerpen lengkap yang memenangkan lomba hanya dengan ide yang kudapat dari satu kalimat sebuah cerpen Seno Gumirah Adi Dharma. Dulu ide begitu membanjir datang dan pergi, tapi sekarang? Well, it's time to learn, Girl.


Rasa frustasiku ini membuatku ingin memakan dan mengunyah buku bulat-bulat! Model foto: Cempluk


Entah kenapa kemudian aku tertarik untuk membaca lagi karya-karya Torey Hayden. Torey Hayden adalah pakar psikologi pendidikan serta guru bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus. Sejak 1979, Torey mencatat perjuangannya dalam mengajar menjadi buku-buku yang mendapat sambutan luas. Di antara buku-bukunya adalah Sheila: Luka Hati Seorang Gadis Kecil, Sheila: Kenangan yang Hilang, Jadie: Tangis Tanpa Suara, Kevin: Belenggu Masa Lalu, dan Murid Istimewa: Jerit Lirih Seorang Sahabat, kelimanya diterbitkan Qanita dan menjadi best-seller.

Padahal, yeah tahu sendiri kan kalau buku-buku Torey Hayden itu nggak ada yang tipis dan tulisannya kecil-kecil pula. Dulu aku memang menganut paham "baca buku kalau nggak tebal itu rugi", tapi akhir-akhir ini aku malas membaca buku-buku berat dan lebih suka yang tipis atau bahkan komik. Buku-buku Torey sendiri semuanya menceritakan tentang anak-anak dalam kelas inklusi (kebutuhan khusus), dan jelas nggak bisa dijadikan topik skripsi olehku yang sedang menempuh pendidikan bahasa Inggris reguler. Jadi aku nggak tahu kenapa, aku langsung menyambar buku ini dari rak perpustakaan kota dan sekarang malah ketagihan untuk membaca buku-buku-buku Torey lagi dan lagi. Dulu sekali aku pernah menamatkan buku Sheila seri pertama dan kedua, itu sudah lama sekali, waktu aku masih SMA.



Anyway ketika aku memutuskan untuk membaca karya-karya Torey lagi, buku inilah yang pertama kusambar. Murid Istimewa, terjemahan dari Just Another Kid memuat kisah-kisah pengalaman Torey dalam mengajar kelas terakhirnya sebelum kemudian pindah ke Wales, berhenti jadi guru dan menikah. Pengalaman mengajar yang terakhir ini hampir sama seperti yang sudah-sudah. Sekitar lima anak lelaki dan perempuan dengan berbagai masalah berkumpul dalam satu ruang kelas dan membuat kekacauan. Kenyataan ini semakin diperparah karena Torey tidak memiliki asisten hingga pertengahan buku.




Judul: Murid Istimewa: Jerit Lirih Seorang Sahabat
Penulis: Torey Hayden
Penerbit: Qanita (Mizan Group)
Cetak: Maret 2004
Harga: Rp 54.500,00
Tebal: 752 halaman


Anak-anak dalam kelas terakhir Torey adalah:

1. Mariana, gadis berumur 12 tahun yang memiliki kecenderungan seksual yang tinggi.
2. Dirkie, anak laki-laki pengidap schizofrenia yang sukar diatur dan akan masturbasi setiap kali ia merasa terancam oleh lingkungannya.

3. Dua gadis bersaudara korban konflik antara Kristen Ortodoks dan Protestan di Irlandia, Geraldine dan Shemona. Geraldine yang lebih tua awalnya terlihat seolah sebagai anak paling normal dan biasa dalam grup bermasalah ini. Namun, ternyata justru ialah yang tingkahnya paling merepotkan Torey. Suka memanipulasi dan bermanis-manis padahal ia tidak memiliki empati terhadap orang lain, gemar mencuri barang dan menindas anak-anak lain yang lebih kecil, merampas barang mereka tanpa merasa bersalah. Karena perilaku terlalu dominannya, adiknya Shemona tidak mau berbicara dan menutup diri. Ia terang-terangan berkata bahwa ia membenci orang protestan, pendendam dan bersikap seolah dirinya selalu dikelilingi konflik yang tidak jauh berbeda dengan di Irlandia. Mendekati akhir cerita, bahkan ia menyalib dirinya sendiri di lantai! Parah banget deh! 

Aku benar-benar salut pada Torey yang bisa bertahan menjadi guru anak ini selama beberapa tahun tanpa berusaha mencekiknya. Dalam epilog diceritakan bahwa Geraldine adalah satu-satunya karakter yang tidak mengalami perkembangan perilaku ke arah yang lebih positif dan kemudian menghabiskan hidupnya dalam tempat perawatan bagi orang-orang yang mentalnya terganggu di Irlandia Utara

Shemona sebaliknya menjalani kehidupannya dengan lancar dan kemudian berhasil lulus dari universitas, sempat berkarir sebagai guru dan sekarang bekerja di penerbitan buku ajar.

4. Leslie seorang anak yang menderita gangguan autistik yang cukup parah. Awalnya Torey benar-benar kerepotan menghadapi Leslie karena Leslie sama sekali tak mau berpartisipasi dalam kelas dan satu-satunya yang dilakukan gadis kecil ini adalah ngompol atau berak di popoknya. Torey sangat frustasi karena ia tidak bisa memberi perhatian kepada murid-murid yang lain karena ia harus menangani Leslie. Itu juga diperparah dengan penyakit diabetes Leslie, sehingga jadwal makanannya sangat ketat dan siapa lagi yang bisa mengawasinya saat waktu sekolah kalau bukan Torey.

5. Shamie, anak lelaki ini baru bergabung di pertengahan tahun ajaran baru. Dia adalah sepupu Geraldine dan Shemona. Shamie digambarkan sebagai seorang anak yang tampan dengan potongan rambut yang buruk. Perilaku dan kemampuan akademisnya tidak terlalu parah dan aku menganggapnya sebagai oase di tengah kekacauan kelas. Ia tidak mahir dalam matematika tapi sangat menakjubkan dalam pelajaran sejarah. dan kesenian. Ladbrooke, asisten Torey yang sangat jelita berhasil menggabungkan kesenian, sejarah, dan matematika untuk mengajari Shamie seperti ketika mereka membuat replika kastil jaman abad pertengahan. Dia berhasil kembali ke kelas reguler dan terus membuat kemajuan hingga akhirnya berhasil kuliah dengan beasiswa olahraga. Bahkan kemudian menjadi pujaan para gadis karena ketampanan dan kebaikan hatinya. Hmm...jadi penasaran orang aslinya kayak apa hehehehe...

6. Ladbrooke, well yang terakhir ini adalah "murid paling tua" dalam kelas Torey. Sebenarnya dia adalah seorang ahli fisika jenius, sangat cantik, berambut pirang dan ibu dari Leslie. Kesan pertama yang didapatkan oleh orang-orang yang baru bertemu dengannya adalah JUDES. Ia sangat tertutup dan pelit dengan kata-kata sehingga mudah baginya untuk dicap sebagai orang yang sangat sombong. Suaminya, Tom adalah seorang pelukis eksentrik yang karakter ramahnya berkebalikan 180 derajat dengannya. Torey mulai bersitegang dengan karakter ini ketika ia sering menjemput Leslie dalam keadaan mabuk. Padahal, ia menyetir mobil. Ia bahkan pernah mengancam akan menuntut Torey ke pengadilan karena melarangnya mengantar Leslie pada suatu ketika. Padahal, Torey melakukannya karena wanita ini sedang mabuk.

Pada akhirnya, setelah sebuah insiden (ia muntah dan ambruk di kelas Torey), sikapnya mulai melunak dan bahkan menawarkan diri dengan sukarela untuk menjadi asisten Torey. Pada akhirnya setengah dari buku ini justru banyak bercerita tentang masa lalu Ladbrooke, perjuangannya yang jungkir balik dalam mengatasi ketergantungan alkohol yang parah. Rasa takutnya akan orang lain dan ketidakmampuannya untuk mengungkapkan pikiran dengan bebas terutama kepada orang baru. Image Ladbrooke yang awalnya digambarkan seperti Ratu Salju yang angkuh pun langsung lumer dan berganti kesan menjadi seorang wanita rapuh dengan pengendalian diri dan emosi yang sangat parah. Imej ini kemudian diperbaiki karena ialah yang berhasil membuat Shemona melepaskan diri dari kebisuannya.

Torey sendiri dalam situsnya, mengaku ia tak menyangka bahwa kemudian buku ini justru bercerita tentang Ladbrooke. Ia khawatir penerbit dan pembaca tidak akan menyukainya. Tapi toh yang terjadi adalah sebaliknya. Walaupun begitu, aku kurang menyukai buku ini justru karena menurutku proporsi curhatan Ladbrooke akan masa lalunya yang kelewat over.

0 komentar:

Posting Komentar

Salurkan Apresiasimu Di Sini Nyaaaw (^,^)v