Selasa, 31 Desember 2013

0

DUA MALAM DIBUAT MABUK DALAM PELAYARAN PERAHU KERTAS



Judul: Perahu Kertas
Penulis: Dee (Dewi Lestari)
Penerbit: Bentang Pustaka & Truedee
Cetakan Pertama: Agustus 2009
Tebal: 456 halaman
Harga: Rp 69.000,00


Neko benar-benar nggak menyangka. Sudah hampir sebulan kiranya tak kunjung tergerak untuk segera menaiki Perahu Kertas yang dinahkodai oleh Dee, sekalinya iseng-iseng naik, eh malah terjebak di dalamnya selama dua hari berturut-turut. Kapten Dee telah membawa Neko mengarungi tempat-tempat seperti Sanur, Ubud, hingga Ranca Buaya. Kadang kala perahu itu bergerak meninggalkan samudra dan melayang di atas kota Bandung dan Jakarta. Pada akhirnya, pelayaran itu berhenti dan Neko pun kembali ke Malang dalam keadaan sempoyongan akibat mabuk kepayang. Awesome! Gelombang-gelombang kisah dalam dongeng Perahu Kertas sukses membuat Neko terombang-ambing (sampai minum Antimo berkali-kali) dan nyaris kesasar. 


Tadinya Neko kira Keenan sang pelukis akan langsung jadian dengan Kugy, si juru dongeng, setelah berkali-kali menghadapi proses munculnya pihak ketiga. Nyatanya kisah roman ini tidak selesai semudah itu. Agaknya Neko lupa bahwa novel ini memiliki ketebalan 444 halaman (434 untuk murni cerita). Lupa juga akan kenyataan bahwa Dee pernah meraih penghargaan The Most Playful Reader's Mind Writer. Menjelang puluhan halaman terakhir, Neko udah miris dan pesimis bahwa Kapten Dee akan membiarkan dua awak utama perahunya, Keenan dan Kugy, bersatu dan hidup bahagia selamanya. Neko sudah siap menelan cerita pahit akan kasih tak sampai. Neko sudah bersiap-siap menghela nafas untuk berhadapan dengan fakta bahwa tak selamanya kita bisa mendapatkan semua yang kita inginkan seperti dalam dunia dongeng. Bahkan dalam dunia dongeng sekalipun. Adakalanya dongeng indah tak berakhir indah.


Namun, tanpa tedeng aling-aling, ketika perahu ini sudah semakin dekat dengan kenyataan yang pahit itu, tiba-tiba Kapten Dee memutar kemudinya. Perahu kertas yang Neko tumpangi pun berbalik 180 derajat menuju ending yang Neko kira mustahil. Dan taraaaa…di sinilah Neko sekarang, menyumpah-nyumpah karena berhasil dipermainkan lagi oleh Dee. (Somebody please bring me Antimo or Antangin!) Ada bahagia, juga sedikit rasa sebal dengan ending pelayaran ini. Keenan dan Kugy pun berhigh five di depan Kapten Dee yang berseloroh melalui senyumnya, "Rasain lu, udah mabok kena perahu kertas gue."
SIAL!
*****


Hah? Dee nulis teenlit populer? Begitu pemikiran Neko saat membaca sinopsis di kover belakang Perahu Kertas.


Namanya Kugy. Mungil, pengkhayal, dan berantakan. Dari benaknya, mengalir untaian dongeng indah. Keenan belum pernah bertemu manusia seaneh itu.
Namanya Keenan. Cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Dari tangannya mewujud lukisan-lukisan magis. Kugy belum pernah bertemu manusia seajaib itu.
Dan kini mereka berhadapan di antara hamparan misteri dan rintangan.
Akankah dongen dan lukisan itu bersatu?
Akankah hati dan impian mereka bertemu?

 
Sinopsis itulah yang membuat Neko mengacuhkan perahu ini selama satu bulan. Saya sudah membaca Ketiga seri Supernova, Filosofi Kopi, sampai Rectoverso. Sekarang Dee malah membuat cerita dengan konsep se-simple dan seklise ini? Come on!


Yah, berapa banyak formula cerita-cerita roman yang diramu dengan larutan "cewek aneh ketemu pangeran keren nan tampan"? Dalam perahu ini, awak kapal yang aneh itu adalah Kugy, cewek buta fashion dengan pemikiran kanak-kanak yang terbungkus acak dalam casing seorang mahasiswi Fakultas Sastra yang bercita-cita menjadi penulis dongeng. Lalu sesuai dengan sinopsisnya, pangeran tampan yang memancarkan pesona fisik alami (blasteran Belanda bow!) yang terdampar di perahu ini tentu saja Keenan.



Versi cover yang lain. Neko sih lebih suka yang ijo. Bagaimana dengan kamu?
    
Dan kemudian silih berganti hal-hal yang saya anggap klise khas teenlit atau chicklit mengisi lembar-lembar pertama novel ini. Keenan yang berkeinginan menjadi pelukis tapi ditentang sang ayah lalu dipaksa kuliah di jurusan manajemen. Persahabatan Kugy, Noni, dan Eko . Surat-surat dalam perahu kertas yang dilayarkan oleh Kugy untuk Dewa Neptunus, dan akhirnya sang pangeran (Keenan) pun tertarik dengan Kugy, si Mother Alien. Dialog-dialog ringan pun mengalir. Neko tetap bertahan, menanti-nanti sang Nahkoda memperlihatkan ciri khasnya yang sesungguhnya. 


Kugy tertarik dengan bakat melukis Keenan. Di saat yang sama, Keenan pun tertarik dengan dongeng-dongeng unik yang ditulis Kugy. Ia lalu melukis karakter-karakter berdasarkan cerita itu. Alhasil, Kugy pun terharu dan hoplaaa… munculah bibit rasa suka di hati mereka berdua. Namun, bibit itu tak dengan mudahnya saja berkembang, karena Kugy sudah memiliki Joshua atau Ojos. Baiklah…cinta segitiga pun dimulai. Di tengah-tengah kebingungan Keenan dan Kugy, Kapten Dee menambahkan konflik menjadi cinta segiempat dengan memunculkan Wanda. Wanda adalah seorang kurator lukisan muda yang naksir setengah mati pada lukisan Keenan dan juga pelukisnya. Wanda yang Miss Perfect, cantik, berselera fashion tinggi dan mengerti benar dunia Keenan sukses membuat Kugy minder dan pelan-pelan mundur teratur. Sering dengar situasi ini kan di chicklit-chicklit? Tokoh utama dibuat berkecil hati oleh kedatangan pesaing yang memiliki kelebihan dalam segi fisik. Neko hanya menghela nafas, tapi tak juga memutuskan untuk mengakhiri pelayaran ini.


Situasi semakin menyesakkan bagi Kugy ketika Noni dan Eko (pacar Noni), sahabatnya, berniat untuk mencomblangi Wanda dengan Keenan dan…berhasil! Dari sini konflik psikologis yang diderita Kugy diperlihatkan begitu ekstrim. Gadis yang dijuluki Mother Alien pun pelan tapi pasti mulai mengalienasi dirinya dari orang-orang terdekatnya. Eko, Noni, dan tentu saja Keenan mulai bertanya-tanya, tapi Kugy tetap bungkam dan terus menjauh. Di saat yang sama Keenan memutuskan untuk mengambil keputusan paling ekstrim sepanjang hidupnya: berhenti kuliah. Keenan memutuskan untuk memilih melukis sebagai jalannya setelah keempat lukisannya yang dipajang di galeri seni bergengsi, Warsita, milik ayah Wanda laku terjual. Keputusan ini berarti Keenan melawan ayahnya dan akhirnya didepak dari rumah. 


Keenan lalu memutuskan untuk hidup prihatin dengan pindah ke kamar kos yang sangat kumuh, sementara ia menyiapkan diri untuk pameran lukisan di Jakarta yang dijanjikan Wanda. Mulai dari sini Neko mulai menahan nafas. Pasalnya keempat lukisan itu sebenarnya laku karena dibeli sendiri oleh Wanda. Bukan oleh kolektor lain yang memang tertarik dengan bakat anak muda itu. Keenan sudah DO dari kuliahnya, didepak oleh ayahnya, dan menjadi semakin kurus karena harus menghemat ini-itu sejak tinggal di tempat kosnya yang pengap. Apa jadinya bila ia tahu kebohongan Wanda???


Kugy yang semakin frustasi akan perasaannya sendiri memutuskan untuk mulai menyibukkan diri dengan mengambil SP dan semakin serius dengan kuliahnya. Ia lalu menjadi sukarelawan di Sakola Alit, sekolah yang dirintis oleh teman-temannya bagi anak-anak buta huruf di sebuah desa yang terpencil di Bandung. Di sana ia berhasil merengkuh hati murid-muridnya yang bandel dengan metode menulis dongeng. Ia menulis buku dongeng tentang kehidupan anak-anak sekelasnya untuk memotivasi mereka belajar membaca. Terciptalah dongeng Jendral Pilik dan Pasukan Alit. Setelah menyelesaikannya, buku pertama dongeng itu berpindah tangan kepada Keenan. Kisah-kisah di dalamnya menginspirasi Keenan dan membuatnya menemukan karakter yang kuat bagi lukisan-lukisannya. Terciptalah lukisan Jendral Pilik dan Pasukan Alit.


Kesibukan Kugy membuat perhatiannya terhadap Keenan teralih sekaligus menyeretnya semakin menjauh dari kedua sahabatnya, Eko dan Noni, juga pacarnya, Ojos. Hebatnya lagi Kugy tetap teguh untuk menanggung semua beban hatinya sendirian. Puncaknya tidak hadir di pesta ultah Noni. Pasalnya pesta itu diadakan di rumah Wanda. Persahabatan yang telah terjalin selama 20 tahun pun retak sudah. Di saat yang sama, Keenan pun juga retak setelah kebohongan gigantis Wanda dibongkar sendiri oleh pelakunya dalam keadaan mabuk. Keenan langsung mengembalikan cek hasil penjualan keempat lukisannya kepada Wanda dan menghilang.


Keenan benar-benar mencapai titik paling nadhir hidupnya. Tanpa uang, keluarga, harapan dan kebanggaan, ia memutuskan untuk membuang mimpinya. Berhenti melukis. Hal yang justru membuat Kugy semakin tidak simpati. Keenan pun makin terpuruk. Untungnya, sebelum pangeran kita semakin frustasi dan akhirnya memutuskan bunuh diri dengan melompat keluar dari Perahu KertasKapten Dee segera bertindak. Buru-buru ia mengirim Keenan ke Ubud dengan sekoci. 


Setelah Keenan mengetahui kebohongan Wanda, dengan hati hancur, ia mengirimkan keempat lukisannya yang tadinya dibeli Wanda dan lukisan Jendral Pilik ke Poyan (Paman) Wayan di Ubud. Wayan adalah seorang seniman Bali yang merupakan sahabat lama ibunya. Orang yang sudah menjadi ayah kedua baginya. Saat mengirimkannya, Keenan tak menduga bahwa satu dari kelima lukisan itu akan segera membawa titik balik dalam hidupnya. Paman Wayan memajang lukisan Jendral Pilik dan Pasukan Alit, dan segera laku seharga tiga juta, dibeli oleh seorang kolektor. Mengetahui hal itu, Keenan pun memutuskan untuk mengejar kembali mimpinya di Ubud.


Di sana ia bertemu Luhde, seorang remaja keponakan Wayan yang menyimpan pemikiran mendalam di balik penampilannya yang lugu dan belia. Luhde adalah karakter favorit saya, karena kata-katanya sangat dalam untuk dijadikan bahan kontemplasi. Luhde adalah bagian dalam cerita ini yang akhirnya terasa "Dee banget" bagi saya. Ketika Keenan merasa ragu karena tidak bisa menghasilkan lukisan lagi, Luhde berkata-kata:


"Pelukis yang baik bisa mengungkapkan semuanya, termasuk kekosongan sekalipun."

"Kadang-kadang kanvas kosong juga bersuara. Tanpa kekosongan, siapa pun tidak akan bisa memulai sesuatu."

Ketika Keenan mulai kehabisan ide untuk melukis, Luhde berkata:

"Kadang-kadang langit bisa kelihatan seperti lembar hitam yang kosong. Padahal sebenarnya tidak. Bintang kamu tetap ada di sana. Bumi hanya sedang berputar."

Ketika Keenan terkenang akan Kugy, Luhde menyentak kesadaran lelaki itu dengan berujar:

"Kenangan itu cuma hantu di sudut pikir. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu. Nggak akan pernah jadi kenyataan."


Keenan teringat akan buku dongeng Jendral Pilik dan Pasukan Alit yang terus menemaninya sampai Ubud. Berbekal buku itu, ia pun melukis dan melukis lagi. Memvisualisasikan dongeng-dongeng Kugy di atas kanvas. Kolektor lukisan yang pertama kali membeli lukisan Jendral Pilik datang lagi dan kembali membeli lukisan-lukisan Keenan. Berawal dari situ, kolektor-kolektor lukisan lain pun mulai memburu lukisan Keenan. Keenan pun lalu menjalin hubungan dengan Luhde. Lembaran baru bagi Keenan pun dimulai.


Sementara itu di Bandung, Kugy akhirnya putus dengan Ojos dan pindah kos karena tidak tahan terus perang dingin dengan Noni. Saat ia ngebut menyelesaikan skripsi, Eko banyak membantunya dan justru membuat Noni cemburu dan semakin memusuhi Kugy. Akhirnya setelah dilabrak Noni, Kugy memutuskan untuk hengkang ke Jakarta dan memulai karir barunya sebagai copy writer di sebuah perusahaan periklanan. Ia bertemu dengan Remi, atasannya yang populer yang kagum dengan keunikan Kugy. Apalagi setelah Kugy berhasil membuat presentasi yang sangat bagus bagi sebuah produk perusahaan kelas kakap. (yah lagi-lagi pola cowok keren naksir cewek aneh berulang). Kugy pun mulai menjadi orang kepercayaan kantor dan berulang kali diserahi tanggung jawab sebagai project leader. Hubungan Kugy dan Remi naik tingkat, dari atasan-bawahan, menjadi sepasang kekasih. Lembaran baru bagi Kugy pun dimulai.


Pola cinta segiempat yang samar berulang. Kenapa samar? Karena baik Keenan dan Kugy agaknya secara alam bawah sadar terus mencintai walau sudah menjalin hubungan dengan orang lain di tempatnya masing-masing. Hal ini ditunjukkan dengan Keenan yang tak bisa lagi melukis saat semua kisah dalam buku dongeng Kugy selesai ia lukiskan di atas kanvas. Lalu ibu Keenan datang ke Ubud untuk mengabarkan bahwa ayahnya menderita stroke dan lumpuh total. Keenan kembali ke Jakarta dan mengambil alih kepemimpinan perusahaan untuk sementara. 


Noni akhirnya mengerti alasan Kugy bertingkah aneh selama ini setelah menemukan dan membaca sebuah buku dongeng yang dibuat Kugy untuk hadiah ulangtahun Keenan. Noni pun berinisiatif untuk menyambung kembali persahabatan yang telah putus, setelah tiga tahun lamanya… Diam-diam Noni dan Eko pun mengatur pertemuan Keenan dan Kugy di pesta pertunangan mereka.


Keenan dan Kugy lalu sepakat untuk bekerjasama membuat proyek untuk memperkenalkan Jendral Pilik dan Pasukan Alit kepada khalayak dalam bentuk buku dongeng berilustrasi sekaligus pameran lukisan. Kugy memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai copy writer, dan fokus pada mimpinya sejak kecil: menulis dongeng. Kali ini Keenan yang menyertainya membuat Kugy lebih bersemangat. Kemudian sedikit demi sedikit pun terkuak bahwa Remi adalah pembeli pertama lukisan Keenan (yah sudah nebak sih), alasan ayah Keenan tidak menyetujui Keenan melukis dan semua itu berhubungan dengan masa lalu ibu Keenan dan Wayan.


Pola kedua ini berbeda dengan pola cinta segiempat yang pertama ketika pembaca dibuat sulit untuk bersimpati kepada pihak intruder Wanda dan Ojos. Remi dan Luhde adalah tokoh-tokoh yang mendampingi dua karakter utama dalam mengembangkan diri masing-masing. Remi dan Luhde menyertai kedua tokoh utama ketika jatuh dan frustasi, mengobati luka hati mereka berdua. Karena itu walaupun akhirnya Kugu dan Keenan saling mengakui ketertarikan mereka pada satu sama lain (ya ampuuun lemot banget sih dua orang iniiii >_<), hal itu justru makin menyesakkan mereka. Tak mungkin bagi mereka untuk bersatu selamanya dalam kondisi seperti ini.


Pada akhirnya ending kisah ini pun ditentukan dengan untaian kata, "Hati tak perlu memilih cinta, melainkan dipilih oleh cinta." Afterwords, ternyata memang mustahil mengharapkan sesuatu yang benar-benar klise dari seorang Dee. 


Nb: Thanks for Angie Pritha. Sebelum menemukan keberadaan novel ini di rak buku kamarnya, Neko nggak pernah nyadar kalo novel Perahu Kertas yang bertebaran di Gramedia itu ditulis oleh Dee. Hehehe

Note: 

Novel ini mendapatkan nominasi untuk Khatulistiwa Literary Award untuk Kategori Fiksi (2010), dan juga mendapat Anugerah Pembaca Indonesia untuk kategori Sampul Buku Fiksi Terfavorit (2010)

Resensi ini dibuat pada 6 Juni 2010. Waktu itu Neko publish di blog flpumpublishing...

0 komentar:

Posting Komentar

Salurkan Apresiasimu Di Sini Nyaaaw (^,^)v