Selasa, 19 April 2016

6

Review My School Days Has Just Begun: Kisah Ngenes si Genius Femes



Kover light novel yang menampilkan tokoh Takahashi dan Satou (iya, Satou itu nama cewek. Nama keluarga)

Judul: My School Days Has Just Begun
Penulis: Okamoto Takuya
Ilustrator: Non (Yaay! Ilustrator yang sama dengan yang di The Shut Ins)
Penerjemah: Stellani Purwadihardja
Editor: Angga Mahardika SP
Penerbit: PT Shining Rose MEdia
Cetakan Pertama: Januari 2016
Tebal: 368 halaman
Harga: Rp 66.000,00



"Sekolahku adalah Sekolah Swasta Yaoyorozu Gakuen. Bila dibandingkan dengan sekolah lain, kegiatan klub di sekolah ini memegang peranan yang sangat penting. Persentase siswa yang ikut kegiatan klub dan komite sekolah melebihi 99,99%. Sampai ada sebutan, 'kalau tidak masuk klub maka orang itu bukan manusia'." (halaman 3)

Dan salah satu orang yang masuk kategori, 'bukan manusia' itu adalah Takahashi, tokoh utama kita. Seorang anak lelaki kelas 2 SMA dengan pemikiran suram dan super pesimis. Begitu suram sampai ia berpendapat bahwa cinta dan persahabatan hanyalah konspirasi perusahaan iklan. Ia sudah menyerah untuk melatih kemampuan komunikasinya dengan orang lain, sengaja tak bergabung dengan klub apa pun, dan malah mengembangkan berbagai teknik "Life Hack" yang membuatnya bisa bertahan di tengah gegap-gempita kawan-kawan sekolahnya yang begitu menikmati masa muda. Salah satunya adalah dengan bermeditasi, menghilangkan aura keberadaan di kelas saat jam istirahat. Jam istirahat adalah masa paling berat bagi Takahashi karena semua oranxg asyik saling berinteraksi kecuali dirinya.

Kesuraman dan kepesimisan itu sudah terlihat dari caranya mendeskripsikan bunga sakura yang mekar tepat di tahun ajaran baru. 

"...Bunga terindah yang ada di atas sana sekalipun, jika sudah menyentuh tanah akan kotor terinjak-injak oleh lautan manusia. Yang tadinya cantik pun, akan terlihat kotor." (hal 1-2). 
  
***

Penampakan halaman berwarna untuk pengenalan tokoh. Sayang kesannya jadi nggak rapi karena double spread. Lihat gambar wajah "Watabe" yang 'terbelah' (Kalau light novel The Shut Ins sih double spreadnya masih rapi karena halaman pengenalan tokohnya nggak sepanjang ini, plus dari sananya memang nggak 'membelah' bagian tubuh karakter). Akibatnya gambar mini poster  di belakangnya pun mengalami nasib yang sama. Usulan aja sih, Shining Rose bisa belajar dari format mini poster berwarna Penerbit Katalis Pustaka yang menerbitkan Narcissu. Poster mini dan pengenalan tokohnya nggak double spread. Tapi dipasang memanjang dari satu halaman. Meski terlipat, setidaknya gambar fullnya bisa dinikmati dengan lebih jelas)




Meski begitu, sebenarnya Takahashi pun seperti orang normal pada umumnya, ingin keberadaannya diakui, ingin memiliki masa muda yang indah.

Baiklah aku menyerah. Siapapun berikanlah aku hadiah. Sepaket hadiah yang berisi teman, pacar, dan hari-hari yang sempurna. (halaman 3).

Sebenarnya alasan Takahashi tak mau bergabung dengan klub apa pun itu bukan karena tak memiliki bakat. Justru, bisa dibilangnya bakat tersembunyinya sangat mencengangkan! Semasa SD ia bergabung dengan begitu banyak klub olahraga junior di sekitar rumahnya dan selalu menjadiace. Mulai dari baseball, sepakbola, sumo, sampai curling dan kabaddi! Belakangan diketahui kalau Takahashi pun menguasai judo. By the way apa itu curling dan kabaddi? Dalam light novel ini keberadaan catatan kaki benar-benar membantu penjelasan informasi trivia yang bertebaran di sepanjang cerita. Curling itu olahraga/permainan di es yang berasal dari Skotlandia . Sedangkan Kabaddi adalah olahraga permainan tradisional India. Sudah itu saja. Tak perlu repot-repot Googling karena dua hal ini benar-benar cuma trivia alias muncul cuma sekedar pernyataan pendek. 

Dan bagaimana bisa ada orang yang sampai bikin klub junior curling dan kabaddi di Jepang? Di situ misterinya. Mungkin Jepang saat ini (terutama di kota-kota besar seperti Tokyo), benar-benar sudah mulai melting pot kaya di USA. 

Dari sini sudah mulai kelihatan "khayalnya?"

Tunggu sampai fakta soal Takahashi dibeber lebih lanjut. Nggak cuma jenius dalam bidang olahraga (saat masih SD), ketika SMP ia pun bergabung dengan begitu banyak klub kebudayaan dan meraih predikat jenius juga di masing-masing bidang. Mulai dari kare (kare???), rap, origami, ayatori, ramalan, astronomi, etc... etc...

Luar binasa bukan?

Anehnya, kejeniusan Takahashi hanya berlaku untuk kegiatan klub! Bukan kegiatan akademik. Bahkan saat ujian kelulusan SMP dan masuk SMA pun ia harus belajar mati-matian di musim dingin agar bisa melewatinya, layaknya murid biasa lainnya. Padahal, klub-klub yang diikutinya pun berhubungan dengan bidang pengetahuan seperti sastra, astronomi, biologi, dan lain-lain. Ah, mungkin apa yang dia ketahui dari klub itu tidak muncul di ujian tertulis yah. Wajar sih.

Lalu kenapa orang secemerlang Takahashi bisa tersingkir dari pergaulan? 

[Spoiler Alert. Lewati bagian ini, jika tidak ingin membaca spoiler: 

Semua itu ada hubungannya dengan masa lalunya yang kelam. Ternyata kelebihan-kelebihan Takahashi tersebut tidak membantunya dalam memperoleh teman (dan menjadi teman) yang tulus. Karena merasa jago, Takahashi pun mulai memperlakukan orang-orang di sekitarnya dengan seenaknya. Alhasil tim dari berbagai klub olahraga junior itu pun menyingkirkannya satu demi satu. 


Setelah masuk SMP Takahashi melampiaskan rasa sepinya dengan bergabung di berbagai klub budaya. Tidak dijelaskan apa Takahashi pun semena-mena pada orang-orang yang kemampuannya ada di bawahnya. Sepertinya ia cukup belajar dari shock yang ia terima di masa SD. Tapi kali ini, justru karena ia terlalu serius dalam menekuni bidang-bidang itulah anggota klubnya jadi tidak tahan. Akhirnya ia pun terus sendirian sampai naik ke kelas 2 SMA. Spoiler Ends]

Saat ia sudah putus asa itulah, sesosok malaikat (atau iblis???) imut bernama Satou muncul. Gadis yang merupakan anggota OSIS di bagian pengelolaan klub ini tiba-tiba saja mendekati dan membombardir Takahashi dengan pengetahuannya soal masa lalu cowok itu. Tidak jelas darimana dia bisa dapat pengetahuan sedetail itu. Soal itu sampai akhir pun tetap jadi misteri. Jadi simpulkan saja kalau dia dapat wangsit langsung dari pengarang. Nah, Satou ini ternyata berambisi menjadi ketua OSIS, dan untuk itu ia butuh dukungan dari berbagai macam klub sekolah yang jumlahnya sampai melebihi 1000! (DANG!) Satou berniat memanfaatkan kejeniusan Takahashi untuk mendapatkan dukungan klub-klub tersebut. Caranya adalah dengan membuat satu klub baru yang fungsinya adalah menyelesaikan masalah klub-klub lain. 

Apakah Takahashi langsung mengiyakan?
  
Sebagai cowok, dia jual mahal dulu tentu. Apalagi Satou kentara sekali ingin memanfaatkan Takahashi. Saat ditanya keuntungan apa yang akan didapat Takahashi jika membantunya jadi ketua OSIS, Satou malah menampakkan wajah datar. Setelah itu dia malah pura-pura tak kenal dengan Takahashi. Kaget karena Satou tak segigih itu dalam memperjuangkan dukungannya, akhirnya malah gantian Takahashi yang sampai bersujud-sujud demi bisa bergabung dengan Satou. Laaaaah? Sampai di sini aku langsung jengkel sama Satou. Baik di dunia fiksi maupun di dunia nyata, aku paling anti sama tukang manipulasi begini. Susahnya... kalau nggak gitu cerita ini jadi nggak lucu hhiaaah.

***

Klub Takahashi resmi dibuat. Berkat bantuan cewek bernama Watabe, kenalan Satou dari klub media massa, iklan bahwa klub Takahashi bisa menyelesaikan berbagai permasalahan klub mulai mendapat respon. Klien pertama mereka adalah klub ramen yang membuka warung ramen dan sepi pengunjung. Berkat nasihat Takahashi agar mereka menyesuaikan cita rasa, harga dan porsi ramen untuk anak SMA, klub ramen berhasil diselamatkan. Lalu... datanglah permohonan dari klub soba, klub udon, dan nagashi somen. Semuanya klub mie! Huahaha... Klub di Yaoyorozu Gakuen memang nggak ada yang beres!


Kemudian datang permohonan dari klub yang "lebih mainstream", klub judo. Takahashi ditipu Satou yang mengatakan bahwa sang ketua klub judo yang bernama "Inokuma Tatsutora" adalah perempuan. Tapi kan nggak ada yang bilang kalau "kemungkinan itu pasti benar"! Si Ketua judo tentu saja adalah lelaki besar dengan tenaga monster. Karena judo sudah mewarnai kesehariannya sejak kecil, dia sampai punya refleks membanting orang-orang yang mendekatinya. Akibatnya semua anggota klub harus dirawat di RS! Dan demi membantu Inokuma untuk mengontrol refleksnya ini Takahashi nyaris kehilangan nyawa.



"Takahashi kun, siapa bilang kalau Inokuma Tatsutora chan itu laki-laki?" pancing Satou agar Takahashi bersedia memenuhi permintaan tolong dari klub judo.  Demi memenuhi "jalan judo" (atau panggilan hormon???) Takahashi pun menemui Inokuma chan dan mendapat kejutan."

Yang janggal memang bagaimana Takahashi bisa dengan mudah "recalling" dan "summoning" semua kemampuannya dengan spontan. Padahal, diceritakan bahwa dia sudah lama nggak melakukan semua kegiatan itu. Misalnya, dulu aku suka sekali main kibor, sampai bikin lagu. Nggak latihan berapa bulan aja, jari-jariku akan terasa asing dengan tuts-tuts kibor (hiks).Sense-nya bisa aja kembali lagi, tapi butuh waktu. Orang yang jago martial arts sekalipun juga begitu. Lama nggak melatih jurus atau latih tanding dengan rekan, kemampuannya pun akan menumpul. 

Tapi Takahashi kan jenius. Jadi dia bisa dengan mudah melakukan lagi semua kemampuannya yang tak terasah itu. Asem sekali plot device Tensai Takahashi (si jenius Takahashi ini). Tapi sekali lagi, di situlah lucunya. Arrgh... 

***


Di luar dugaan, meskipun tahu dirinya dimanfaatkan habis-habisan (plus sering dilecehkan secara mental dan psikologis) oleh Satou, Takahashi menikmati kegiatannya yang baru. Dengan berada di klub itu, ia jadi bisa berinteraksi dan dikenal para anggota klub yang lain. Juga bisa memanfaatkan kemampuannya untuk membantu mereka. Mau tidak mau walau Satou adalah tokoh berhati kotor yang menyebalkan, kita jadi berterimakasih juga padanya (AARRGH).

Nggak ada yang nyangka kan kalau anak seimut Kazama san ini ternyata seorang kunoichi alias ninja perempuan? Demi merebut ruangan klub dan membangkitkan lagi klub ninja warisan dari kakaknya, dia menantang semua klub Yaoyorozu untuk bertanding, membuat kekacauan, dan mengancam akan membunuh Takahashi kun. Namun, pada akhirnya dia jadi satu lagi korban manipulasi Satou yang begitu berambisi jadi Ketua OSIS

[SPOILER ALERT. Lewati bagian ini jika tidak ingin membaca spoiler 

[Selain berusaha meraih dukungan para klub, dia ternyata berniat menghapus beberapa klub kecil yang anggotanya cuma sedikit dan kegiatannya tidak jelas. Satou melakukan hal ini pun ada alasannya. Seribu klub dalam satu sekolah! Bayangkan bagaimana repotnya sekolah dalam menganggarkan dana untuk mereka kan. Dan membludaknya klub ini juga gara-gara ketua OSIS yang bernama Ohanabatake, cewek super baik yang nggak bisa menolak permintaan siapa pun. Ketua OSIS seperti inilah yang posisinya ingin digantikan oleh Satou. Hal ini memicu pemberontakan klub. SPOILER ENDS]

Ohanabatake. Gadis "malaikat" yang bertanggungjawab mengubah Yaoyorozu Gakuen menjadi "surga" bagi lebih dari 1000 klub. Sekaligus membuat para pengurus OSIS menderita "neraka" defisit anggaran.

Dan akhirnya berujung pada disanderanya Satou. Takahashi yang meski menguasai ilmu bela diri ternyata benci kekerasannya pun terombang-ambing antara ingin menyelamatkan Satou atau pulang saja dan nonton rekaman serial TV sejarah!

***

Yeah, membaca light novel ini (sebagaimana light novel lainnya) harus sambil membayangkan dan menyesuaikan logika seolah sedang menonton anime di atas kertas. Untuk light novel ini, modelnya ya seperti nonton gag anime super ancur (dalam artian positif) seperti Chuunibyou Demo Koi Ga Shitai. Sifat suram Takahashi sendiri rasanya familiar dengan sifat tokoh utama di anime OreGaIru

Bahkan di author note, setelah epilog novel ini, pengarangnya sendiri bilang kalau dia menuliskan "cerita bodoh" ini sebagai refreshing karena sebelumnya mengerjakan serial yang lebih serius. Benar-benar seperti pelampiasan stress saja. Hahah... Stress yang menghibur orang lain.

Cerita ini cocok buat mereka yang sudah terbiasa dengan cerita gila ala anime-anime yang kusebutkan di atas, dan ingin mendapatkan sensasi letupan humor absurd di sepanjang ceritanya. Aku ngakak terus saat membaca light novel ini.. di depan rekan-rekan kerjaku saat jeda istirahat! Mereka sampai menatapku aneh.

Kekurangannya adalah... di satu titik, aku mulai merasa lelah dengan keabsurdan dalam cerita ini yang seolah tanpa jeda. Aku berharap ada twist yang mengharukan dan memancing perenungan seperti anime genre slice of life dan komedi yang lain. (Biasanya gag anime slice of life dimulai dengan keabsurdan yang mengocok tawa, diakhiri dengan perenungan yang bisa bikin menitikkan air mata. Tapi light novel ini absurd dari awal sampai akhir!) Selain itu ada beberapa bagian humor yang susah dimengerti karena ditulis dalam frase dan kalimat yang sangat panjang. Kalimat-kalimat panjang ini begitu menggganggu, tapi sepertinya dari aslinya pun begitu. Penerjemahnya pasti sudah berusaha dengan segala daya dan upaya untuk membuat narasi dan dialognya bisa dimengerti oleh pembaca lokal. Dan... membuat humor dari bahasa dan kebudayaan Jepang bisa tetap dimengerti oleh pembaca dari background bahasa dan budaya kita pun pastinya butuh usaha keras.

***
After Read
  
Pada akhirnya, keseluruhan cerita ini bisa menjadi perenungan tersendiri. Terutama soal hubungan antarmanusia. Sebagai individu, wajar jika kita ingin menonjolkan kemampuan diri di depan orang lain. Dan berada di atas biasanya rentan membuat kita menjadi sombong. Dan akhirnya dibenci. Namun, orang yang pernah terpuruk karena melakukan kesalahan seperti Takahashi pun bisa memiliki kesempatan untuk memperbaiki kepribadiannya kan?

Di sisi lain, pernahkah kita meremehkan usaha orang yang begitu terlihat sungguh-sungguh? Sadarkah kita mengapa dia berusaha begitu gigih dalam membuktikan dirinya? Mudah kita mencela dan mencibir. Baru jika orang itu sudah melejit dan melesat jauh di depan, barulah kita terkagum, terheran, atau malah yang lebih buruk.... merasa iri bahkan dengki?

 Ternyata bukan kemampuan dan kehebatan kita yang membuat keberadaan kita lebih berharga. Tapi bagaimana kita memanfaatkan kelebihan itu agar berguna bagi diri sendiri dan sekeliling kita. Seperti salah satu konsep dalam 7 Habits of Effective People, untuk sukses, kita perlu bersinergi dengan orang lain, dan belajar untuk menyelesaikan permasalahan secara win-win.

 Dan bagian favoritku di sini adalah saat tokoh bernama Kondou kun mengatakan justru karena ia awalnya tak bisa baseball, setiap keberhasilan yang bisa ia raih begitu berharga dan memicunya untuk berusaha lebih keras lagi sampai jadi benar-benar jago. Berbeda dengan Takahashi yang langsung bisa menguasai semuanya sehingga tidak merasakan pencapaian apa pun(kurang bersyukur kau, Nak Takahashi!)

Kita seringkali lupa bahwa di setiap hasil selalu ada proses. Dan bahwa proses tidak akan membohongi hasil... Sesuatu yang dipelajari dengan sekuat tenaga, justru terasa lebih berharga daripada terus melakukan hal yang mudah saja kan.

Menarik, ketika melalui kejadian-kejadian yang Takahashi alami di klub, hingga akhirnya dihadapkan pada orang yang pernah ia perlakukan buruk di masa lalunya, Takahashi kemudian bisa menyimpulkan, "Ternyata dulu aku pun tak bagus-bagus amat. Ternyata dulu aku orang yang menyebalkan ya."

Dan berawal dari kesadaran itulah, Takahashi mulai menghargai orang-orang yang ada di sekitarnya. Dan melanjutkan hari sambil berpikir, "Masa sekolahku baru saja dimulai."

...By the way.... pengarangnya sendiri bilang kalau ini adalah karya yang "bodoh", tapi aku kok begitu serius sekali membahasnya. Jadi merasa bodoh sendiri. Huahuahuahauhau.

Kesan Tung-Tung setelah membaca Light Novel yang edan ini

Jika ingin melihat preview novel Bab 1-nya, langsung saja ke web penerbitnya di sini