Senin, 30 Desember 2013

0

Amira and Three Cups of Tea -- Greg Mortenson



Amira and Three Cups of Tea (kisah inspiratif keluarga AS yang mendirikan sekolah di perbatasan Afghanistan). 

Penulis  : Greg Mortenson & David Relin
Penerjemah: Ingrid Nimpoeno
Terbitan: Qanita (Mizan Group)
Cetakan Pertama: November 2009
Harga: Rp 41.000,00
Tebal: 272 halaman


Hari ini Neko belajar satu hal dari kata-kata seorang kepala Desa Korphe (salah satu desa yang terletak di sekitar gunung K2--puncak tertinggi di dunia.) "Mungkin kami tidak berpendidikan. Tapi kami tidak bodoh. Kami telah bertahan hidup di sini dalam waktu yang lama."


Itu adalah salah satu kutipan dari buku Amira and Three Cups of Tea yang baru-baru ini Neko baca.

Kata-kata itu dikatakan Haji Ali--kepala Desa Korphe setelah Greg Mortenson mengawasi pekerjaan orang-orang desa dalam membangun sekolah pertama di desa yang letaknya agak menjorok ke jurang itu. Sebagai mandor, Greg sudah membuat semua orang menjadi gila. Begitu kata Haji Ali. Lelaki tua itu pun mengajak Greg beristirahat sejenak di rumahnya dan menyuruh lelaki Amerika yang tidak sabaran itu tutup mulut sembari mendengarkan beberapa kata bijak darinya.

Greg Mortenson yang merasa dibebani tanggung jawab oleh Jean Hoerni, penanggung dana terbesarnya, untuk segera menyelesaikan sekolah. Kalau membaca buku itu, maka pembaca bisa melihat bahwa walau baik hati dan dermawan, Jean Hoerni adalah orang yang galak dan suka mendesak. Tak heran Greg pun jadi gusar ketika pembangunan sekolah itu berjalan tidak secepat yang ia harapkan. Padahal, tentu saja ia tahu betapa sulitnya medan di sekitar lokasi untuk membangun sekolah itu. Terutama karena para lelaki yang sedianya menjadi tenaga untuk mengangkuti bahan bangunan dan membangun setiap batunya harus bekerja sebagai pemandu para pendaki gunung. Kebanyakan warga Korphe adalah orang miskin dan tidak berpendidikan. Anak-anak Korphe belajar di tengah udara dingin di luar rumah karena mereka tidak punya bangunan sekolah dan juga terlalu miskin untuk membangunnya.

Sebelum Greg Mortenson akhirnya membangun jembatan sebelum akhirnya sekolah, desa itu dipisahkan dari dunia luar oleh jurang yang menganga lebar. Pembangunan jembatan yang sangat vital itu rupanya tidak masuk perhitungan Greg sebelumnya.

Orang-orang Korphe yang tinggal menjorok ke arah jurang memerlukan jembatan itu dulu daripada sekolah. "Ya, jembatan besar dari batu," jelas Twaha (anak Haji Ali), juga dalam bahasa Inggris. "Sehingga kita bisa mengangkut sekolahnya ke Desa Korphe." (hal. 72)

Greg tentu saja kaget.

Sebelumnya, untuk bisa mencapai Desa Korphe lewat jalan biasa, orang-orang menggunakan box kayu yang digantung untuk melintasi tali di atas jurang (mungkin semacam kereta gantung versi primitif)Tak mungkin bahan-bahan bangunan dengan berat ratusan kilogram yang sudah dibeli Greg itu bisa diantarkan ke Korphe lewat box kayu itu kan?

Maka Greg terpaksa kembali lagi ke Amerika untuk mencari dana sebelum akhirnya kembali ke Korphe untuk memulai pembangunan jembatan.

Karena merasa diburu oleh waktu dan tanggung jawab, Greg tanpa sadar mungkin memperlakukan orang-orang desa yang membantunya membangun sekolah terlalu keras, sehingga akhirnya Haji Ali menegurnya secara halus.

"Mungkin kami tidak berpendidikan. Tapi kami tidak bodoh. Kami telah bertahan hidup di sini dalam waktu yang lama."

Pada saat itulah Greg Mortenson menyadari pelajaran berharga yang didapatnya dari seorang tua yang tinggal di sudut puncak tertinggi di dunia.

"Kami, orang Amerika, mengira harus menyelesaikan segalanya dengan cepat... Haji Ali mengajariku untuk berbagi tiga cangkir teh, untuk mengurangi kecepatan dan menjadikan pembangunan hubungan antar manusia sama pentingnya dengan proyek-proyek pembangunan."

Pelajaran yang ia dapat itu masih ada lanjutannya:

"Dia mengajariku bahwa ada banyak hal yang harus kupelajari dari orang-orang yang bekerja bersamaku, jika dibandingkan dengan apa yang kuharap bisa kuajarkan kepada mereka." 

Siapakah Greg Mortenson? Bagaimana dia akhirnya tergerak untuk memulai pembangunan sekolah pertama di Korphe dan selanjutnya di Pakistan, Afghanistan, dan pelosok-pelosok lain di wilayah Himalaya itu? Selengkapnya bisa dibaca di buku Amira and Three Cups of Tea. 

0 komentar:

Posting Komentar

Salurkan Apresiasimu Di Sini Nyaaaw (^,^)v