Kamis, 06 Oktober 2016

0

Protect The School - Let's Save Our School!: Ketika Murid Underdog Beraksi


Judul: Protect The School- Let's Save Our School!
Penulis: Kim Chi Hee
Kover: Andang
Penerbit: Sheila (Imprint dari Andi Publisher)
Cetakan Pertama: 10 Februari 2016
Tebal: 378 halaman
Harga: Rp 75.000,00 (Bisa dibeli dengan harga diskon 20% atau Rp 60.000,00. Hubungi penulis di tautan INI untuk informasi selengkapnya) 


Umumnya kita menilai kualitas seorang murid dari prestasi akademisnya saja. Karena itulah gap antara sekolah favorit dan sekolah "bukan favorit" banyak terjadi. Shinsung High School, sekolah khusus laki-laki di kawasan Daegu, Korea Selatan, yang jadi seting tempat novel ini malah mendapat cap "sekolah buangan". Para siswa sekolah ini terlibat tawuran hampir setiap hari. Murid-murid yang "terlanjur" masuk sekolah "buangan" selalu dicap sebagai manusia bermasa depan suram. Padahal, bukankah mereka bersekolah untuk memperbaiki nasib dan juga cara berpikir mereka?

Dalam novel ini, seorang remaja lelaki slebor bernama Lee Hongki, berandalan yang dicap lemot, ternyata justru memiliki kecintaan yang besar terhadap sekolahnya. Ia ingin mengharumkan kembali nama sekolahnya yang terlanjur hancur. Caranya? Dengan dua jalur non-akademis. Musik dan olahraga. Membuat band dan membentuk tim bisbol. Tapi untuk mencapai impiannya itu, ia jelas tak bisa sendirian.

***


Shinsung yang tadinya adalah sekolah unggulan langsung kehilangan pamor akibat kesalahan manajemen. Direktur sekolah pun ingin menjual sekolah itu. Tapi rupanya rencana tersebut ditentang keras oleh putri sang direktur, Yubin. Direktur lalu menantang Yubin untuk mengambil posisi dan tugasnya sebagai direktur sekolah, serta memperbaiki nama sekolah itu dalam waktu 6 bulan. Jika ia berhasil, maka sekolah tak jadi dijual. Yubin bahkan mengatakan ia sanggup melakukannya dalam waktu 3 bulan saja. Mungkinkah?

Namun, ternyata sang ayah memiliki dua agenda lain saat menantang Yubin. Yang pertama ada hubungannya dengan keinginannya agar Yubin bisa segera menikah! Yang kedua, ia sendiri mempertaruhkan berhasil-tidaknya Yubin dengan kawannya.

Yubin yang tak mengetahui tujuan tersembunyi direktur, lalu berusaha merevolusi atmosfer di Shinsung. Dengan kharisma dan kecantikannya, ia berusaha menaklukkan para guru (terutama guru laki-laki) serta murid-murid bandel di Shinsung.

Yang menarik, perubahan pertama yang Yubin usahakan dimulai dari para guru. Ya, karena para guru adalah contoh bagi siswanya kan. Nah, dalam novel ini diceritakan bahwa semua guru Shinsung sudah pesimis dalam mengatasi kebandelan para murid. Para guru senior bahkan sampai mengundurkan diri karena tak tahan lagi. Akibatnya, yang tertinggal di sana hanyalah para guru muda yang tak terlalu berpengalaman. Kalau gurunya saja sudah putus asa, bagaimana dengan muridnya? Karena itu masuk akal jika Yubin memulai revolusi pertamanya dari kalangan guru.

Yubin lalu membuat aturan agar para guru Shinsung berpakaian modis. Para guru perempuan diwajibkan berdandan dan untuk itu Yubin sampai memberikan fasilitas tutor make-up profesional! Sedangkan para guru laki-laki juga diminta mengubah penampilan dengan mengikuti program olahraga yang dibuat Yubin.

Dia juga merombak ruang rapat sekolah yang membosankan dan mendekorasinya agar terasa seperti ruangan di rumah yang nyaman. Langkah awal Yubin yang antimainstream ini jelas dipandang gila dan aneh oleh para guru.

Namun, sebenarnya strategi Yubin ini make sense juga. Guru perempuan diminta berdandan agar bisa tampil cantik dan menyegarkan di depan para murid Shinsung yang semuanya laki-laki. Sedangkan guru pria harus mengikuti program olahraga agar mereka bisa jadi contoh bagi para murid. Guru yang kusam dan loyo tentu dianggap tidak menarik dan tak bisa jadi contoh, kan?

Tentu tak cuma penampilan guru yang diurus. Yubin juga memberlakukan program pelatihan mengajar bagi para guru Shinsung. Ia memanggil tenaga pengajar dari luar yang sudah berpengalaman di bidang bidang pendidikan untuk melatih guru-guru Shinsung agar lebih andal dalam menyiapkan dan menjalankan materi pelajaran. Dan setiap satu bulan sekali diadakan ujian dan evaluasi bagi mereka. Jadi tak cuma murid yang diuji, guru pun juga. Good idea. Jadi beban "mengharumkan nama sekolah" tak hanya ditumpukan pada pihak murid. Meskipun begitu, seharusnya Yubin pun mempertimbangkan tingkat stress para guru yang mendapat tekanan dan tuntutan macam-macam ini.

Bagaimana dengan pendekatan terhadap murid? Yubin membagikan kuesioner kepada para siswa Shinsung, menanyakan kegemaran mereka. Dan hampir semua siswa menyatakan kalau mereka suka pelajaran musik. Sebagai direktur sekolah, Yubin pun memakai metode blusukan ala Jokowi. Maksudnya dia terjun langsung ke lapangan, mendekati para murid yang membolos di atap sekolah, mendukung kegiatan murid seperti OSIS, audisi band, dan persiapan pertandingan bisbol. Akhirnya ia melakukan pendekatan non-akademis untuk membuat para murid di Shinsung bersemangat dalam menjalani hari-hari sekolah mereka. Para siswa pun diwajibkan ikut ekskul.

Namun, ternyata Yubin sendiri malah dibuat pusing oleh Jae Jin, keponakannya yang suka menentang. Dan hatinya semakin dibuat tak keruan saat Kang So Hyun, "teman bertengkarnya" sejak masih SD tiba-tiba muncul di Shinsung dan mengatakan akan membantu Yubin dalam mengembangkan sekolah.

Dalam buku ini, meski digambarkan berkharisma, ada kalanya Yubin ditampakkan tidak stabil, pemarah, serta suka mengancam akan melemparkan barang-barang di sekitarnya kalau sampai ada yang berani membuat gara-gara dengannya. Dan itu dijadikan sebagai salah satu adegan komikal novel ini. Benar-benar khas kehebohan ala drama Korea.



Aku nggak tahu apa Yubin ini ada model karakternya. Tapi kalau yang dimaksud memang Kim Yubin dari Wonder Girls ini, wow. Gila juga kalau bisa punya direktur sekolah sesekseh ini XD
***

Kembali ke Lee Hongki. Ternyata anak badung ini punya kelebihan khusus. Saat menyanyi suaranya begitu indah dan penuh penghayatan, sehingga siapa pun yang mendengarnya pasti terpukau. Bakat musik Lee Hongki ini rupanya diwarisi dari ayahnya yang pernah bersekolah di Shinsung. Ayah Hongki pernah membentuk band indie bersama teman-temannya, dan mereka masih tetap eksis hingga lulus. Band itu begitu terkenal hingga sampai ikut mendongkrak popularitas sekolah. Sayang, saat akhirnya ditawari kontrak oleh perusahaan rekaman berlabel mayor, ayahnya malah meninggal. 

Ia tak sendiri. Jong Hun, sahabatnya yang dikenal pintar dan berkharisma ikut membantunya. Benar-benar paduan yang sangat kontras. Ngomong-ngomong, kenapa anak sepintar Jong Hun bisa terdampar di Shinsung? Itu karena kondisi keuangan keluarga Jong Hun membuatnya hanya mampu bersekolah di Shinsung. Alasan yang masuk akal. Kondisi yang banyak menimpa anak-anak di negeri kita juga. Jong Hun di sini digambarkan agak licik. Dalam artian, dia jago berkelit serta lihai memanfaatkan kelemahan Hongki. Gara-gara Jong Hun, Lee Hongki sampai terjebak dan terpaksa menjadi ketua OSIS. Bagaimana bisa? Simak di novel ini.

Yang jelas, dengan wewenang barunya sebagai ketua OSIS, berarti Lee Hongki bisa dengan leluasa menggunakan fasilitas sekolah untuk mewujudkan mimpinya, membuat band dan mengikuti audisi. Ia juga membantu Seunghyun merealisasikan impiannya untuk membentuk tim bisbol yang berprestasi di pertandingan antarsekolah. Dalam usahanya, ia juga dibantu oleh Jae Jin, keponakan direktur sekolah yang sombong. Jae Jin yang tadinya meremehkannya, langsung segan begitu tahu tahu Lee Hongki sangat jago berkelahi. Ada juga Choi Min Hwan, anak korban bully yang ternyata jago main drum dan menyimpan rahasia besar. Rahasia yang baru diungkap di akhir. Kemudian ada Song Seunghyun, mantan MVP (Most Valuable Player) klub bisbol saat SMP. Anehnya, ia menolak beasiswa dari sekolah yang tim bisbolnya adalah tim unggulan. Dan terakhir ada Oh Won Bin, anak berandalan yang tampaknya diam-diam tertarik pada YUBIN! Oh, dan jangan lupakan Kang Sohyun, musuh bebuyutan Yubin yang ternyata juga mantan anggota band ayah Lee Hongki. 

Alhasil novel bergenre teenlit ini tampil lumayan tebal (377 halaman) dengan cerita yang full pernak-pernik konflik setiap karakter yang dibuat detail. Plus bumbu adegan konyol dan (ehem!) fanservis bromance khas ala drama-drama Korea.

***

Dalam kehidupan nyata mereka, FT. Island bukan sekedar boyband. Mereka memainkan sendiri alat musik mereka di atas panggung.


Ada Lee Hongki, Jong Hun, Min Hwan, etc. Merasa familiar dengan nama-nama para tokoh di buku ini? Itu bukan perasaanmu saja. Novel ini sebenarnya adalah novel fanfiksi. Lebih tepatnya fanfiksi dengan para anggota band Korea Selatan, FT Island sebagai para tokohnya. Beberapa fakta anggota FT Island seperti Lee Hongki yang tubuhnya paling pendek dijadikan bahan guyonan di sini. Namun, jangan khawatir, yang bukan penggemar FT Island pun bisa mengikuti kisah novel ini. Tokoh yang paling berhasil membuatku bervisualisasi adalah tokoh Lee Hongki yang pernah memerankan Jeremy dalam drama You're Beautiful.

Dalam drama Korea itu Lee Hongki pun memerankan tokoh dengan sifat yang ceria dan konyol. Jadi setiap tokoh Lee Hongki di sini bertingkah ajaib seperti tertawa setelah berkelahi, salah menyebut nama atau gagal mengingat sesuatu, dan saat dikerjain Jong Hun, yang tergambar di kepala adalah wajah kocaknya sebagai Jeremy. Hehehe... 

Sebenarnya aku paling susah mengingat nama-nama orang Korea. Sering susah juga membedakan ini nama cowok atau nama cewek. Itulah mengapa meski adakalanya aku nonton film dan drama Korea, biasanya aku menghindari membaca novel dengan seting tempat Korea. Jadi waktu satu per satu tokoh di novel ini diperkenalkan, aku cuma berpikir, "Ugh... Here it comes again..." Tapi saat memperkenalkan para tokohnya dalam cerita ini, penulis sudah berusaha sebaik mungkin menggambarkan kontras karakter yang beragam, sederhana, tapi mudah diingat dan sesuai kebutuhan. 

Lapisan kepribadian para karakternya terlihat jelas. Ada Hongki yang berandalan, punya kemampuan otak yang sering bikin temannya mengelus dada, tapi ternyata punya semangat yang polos untuk memajukan sekolah yang terlanjur dicap buruk. Dan itu semua demi memperjuangkan kenangan atas ayahnya yang dulu sempat mengharumkan nama sekolah dengan band indie-nya yang populer. 


Hongki dengan ekspresi "bego" yang jadi trademarknya di novel ini.

Lalu ada Jong Hun yang jenius, tapi berasal dari kalangan keluarga kurang mampu, terkesan sadis, dingin, dan licik (terutama jika berhadapan dengan Hongki). Ada Jae Jin, anak orang kaya yang songong, sekaligus juga keponakan dari Yubin, sang direktur sekolah. Tapi ternyata ia pun punya sisi baik. Seperti saat mengkhawatirkan Hongki yang berkelahi dengan anak sekolah lain demi membela temannya. Padahal, saat itu sebenarnya Jae Jin sedang sebal dengan Hongki.

Jong Hun. Eh? Cakep yak!


Jae Jin. Hmm tampangnya memang pas banget buat meranin tokoh songong XD

Ada Won Bin yang awalnya diperlihatkan sebagai anak yang kurang ajar, tapi setia kawan dan tidak suka menindas (dia meminjamkan baju pada Min Hwan yang ketumpahan air ember saat menabrak Hongki). Btw, agak susah untuk nggak membayangkan Won Bin yang aktor Autumn Love/Endless Love itu tiap nama tokoh ini disebut. 

Oh Won Bin, yang kebagian peran berandal. Btw kalau nggak salah dia terus keluar dari FT. Island ya? Eh?

Ada Min Hwan yang inferior namun seiring dengan perkembangan cerita bisa jadi lebih percaya diri. Cuma ada beberapa adegan yang aneh, misalnya dia yang dari awal memiliki image sebagai anak penakut dan tak percaya diri karena jadi korban bully, ternyata bisa galak pada Seunghyun. Juga ada Seunghyun yang tampak ceria dan easy-going tapi ternyata menyembunyikan masalah yang rumit. Direktur sekolah Yubin pun kelihatannya galak, tapi ternyata ada sisi softnya juga. Plus, ternyata dia takut hantu walaupun bersikeras tak mau mengakuinya. 

Min Hwan, jati diri anak polos ini baru diungkap di bagian tengah novel. Dan ternyata dia adalah... well, baca sendiri deh

Seunghyung yang kebagian peran sebagai atlet bisbol MVP

***

Jadi gimana? Recommended, nggak? Well, kalau kamu suka dengan novel berseting Korea dengan adegan yang rame dan dinamis, novel ini bisa jadi pilihan yang bagus. Apalagi jika sedang bosan dengan kisah-kisah remaja bertema cinta. Karena sebagian besar elemen novel ini didominasi oleh tema persahabatan dan semangat anak muda dalam meraih mimpi mereka.

Terus ada kekurangannya, nggak? Setiap karya pasti ada lebih-kurangnya. Kalau masih penasaran dan pingin tahu bagian kritik yang kutulis untuk novel ini, langsung saja ke ulasan Goodreads-nya ya. Di paragraf-paragraf terakhir aku membedah plus-minus novel ini dengan lebih mendetail.

0 komentar:

Posting Komentar

Salurkan Apresiasimu Di Sini Nyaaaw (^,^)v