Minggu, 28 Agustus 2016

1

Negeri Bawah Air: Tentang Persahabatan, Pengertian, dan Kehilangan



Judul: Negeri Bawah Air
Penulis: Ary Nilandari
Ilustrator isi dan kover: K. Jati
Penerbit: Balai Pustaka
Cetakan Pertama: 2009
Tebal: 160 halaman
Harga: Rp 35.000,00 (Bisa didapat dengan harga diskon 10% di sini)



Setahu saya, jarang ada buku anak-anak buatan pengarang Indonesia yang tema ceritanya soal mental health awareness issue. Sementara itu saya sempat tercengang saat buku-buku anak terjemahan baik buatan pengarang barat maupun Asia membawa isu soal perceraian, elective mutism, autisme, anak-anak yang sulit belajar, dan lain-lain. Menurut saya, tema-tema seperti yang dibawa oleh Negeri Bawah Air sebaiknya mulai diperkenalkan sejak dini, agar anak-anak bisa dididik lebih peka terhadap penderitaan kawan sebayanya. Agar tak mudah mencap dan menjauhi kawan-kawannya yang mungkin "sedikit berbeda" dengan mereka.


Awalnya saat melihat kovernya saya mengira ini adalah petualangan anak-anak ke dunia fantasi yang ada di bawah laut. Lalu mengira ini adalah cerita tentang petualangan anak-anak yang terlibat dalam penyelamatan terumbu karang. Ternyata cerita ini menggabungkan antara dunia fantasi dan riil. Menariknya, seperti yang saya bilang di atas, ada muatan isu mental health awareness issue yang cukup serius dan mendalam di sini, dengan adanya kasus traumatis yang dialami tokoh bernama Meutia. Elemen masalah psikologis pun ada pada tokoh-tokoh lain, meski lebih ringan, semuanya bisa dijalin menjadi satu kesatuan yang apik dan menyentuh hati. Kekuatan kisah imajinasi yang bercampur dengan dunia nyata dalam cerita ini mengingatkan saya pada film Bridge of Terabithia.


Hingga halaman 47, penulis memperkenalkan tiga tokoh anak laki-laki yang nantinya akan berperan sebagai para ksatria di sini. Ada Ridwan, anak yatim yang berdarah Sunda dan sangat gemar membaca, ada Chang anak Tionghoa kaya pemilik peternakan sapi di Lembang yang mengidap asma sehingga dunianya sering terkungkung di rumahnya yang mewah, dan ada Rambe yang berasal dari keluarga Tapanuli beranak banyak hingga dirinya sering merasa dilupakan oleh uma alias ibunya sendiri. Rupanya Mbak Ary Nilandari menyisipkan nilai Bhinneka Tunggal Ika di sini. Prinsip yang terus beliau pertahankan saat menulis serial Go Keo & Noaki yang sedang berlangsung saat ini.


Liburan mereka bertambah aneh sekaligus seru saat Rambe tak sengaja berkenalan dengan Meutia di halaman villa yang dulu ditempati Dr. Rahmat dan istrinya. Anak perempuan itu mengaku dirinya putri dari negeri bawah air dan berkata bahwa kerikil-kerikil kecil di halaman rumahnya adalah adik-adiknya yang kena kutuk penyihir jahat bernama Rangaswazir. Meutia pun menceritakan kronologi kisah yang panjang tentang bagaimana kedua orangtuanya terbunuh oleh konspirasi Rangaswazir yang tadinya menjabat sebagai perdana menteri. Rambe hanya bisa terbengong mendengar kisah yang sungguh ajaib itu. Apalagi saat Meutia memohon kepadanya untuk membantu menyelamatkan "adik kembar" Meutia yang sudah disihir jadi kerikil.


Cara Meutia menceritakan tragedi itu benar-benar terdengar meyakinkan meski elemen-elemen seperti negeri bawah air, manusia yang bisa bernapas dan berjalan di dalam laut, jelas fantasi. Sadarlah Rambe bahwa Meutia seolah tak bisa membedakan mana yang khayal dan mana yang nyata. Seperti adiknya yang masih kecil dan berumur empat tahun. Padahal, Meutia yang ada di hadapannya tampak sebaya dengan Rambe yang saat itu baru naik ke kelas 6. Menarik sekali membaca proses Rambe menganalisis dan mengira-ngira motif di balik khayalan Negeri Bawah Air Meutia. Ia sempat mengira anak itu adalah salah satu korban tsunami Aceh tahun 2004. Tapi apa itu benar??? Yang jelas Rambe merasa khayalan Meutia tidak biasa dan hal itu menerbitkan rasa ibanya.


Namun, perbincangan itu disela oleh kemunculan Ratna, sepupu Meutia yang langsung marah-marah saat tahu gadis itu menceritakan "khayalan ngawurnya" pada Rambe. Meutia histeris saat Ratna menarik tangannya dengan kasar sambil mengancam-ancam. Meutia berkata bahwa "Dayang Ratna sudah terkena kekuatan jahat Rangaswazir sehingga bersikap jahat padanya, seperti banyak orang yang ia kenal dari Negeri Bawah Air. Rambe pun pergi, namun ia kembali dengan membawa Ridwan dan Chang. Ketiga anak itu pun "menyulap" diri mereka menjadi Pangeran Ridwan Harris, Adipati Lim Kuo Chang dan Hulubalang Rambe Muhammad Ritonga demi membantu Meutia menghadapi ketakutannya terhadap Rangaswazir. 


"Pangeran" Ridwan yang ternyata dulu pernah kenal dengan Ratna sebelum gadis itu pergi ke Jakarta berusaha mengetuk hati gadis itu dengan menceritakan kesedihannya akan kematian sang ayah. Dengan mendengarkan cerita tentang ayah Ridwan, Ratna akhirnya berusaha memahami kesedihan yang dialami Meutia, dan mau ikut membantu ketiga ksatria memberantas teror Rangaswazir demi Meutia. Kelima anak itu pun berangkat menuju perang terakhir di curug "air suci". 


***

Setiap tokoh anak dalam cerita ini memiliki kesedihannya masing-masing. Kesedihan yang mendalam, terasa riil, dan mungkin sulit dipahami orang-orang dewasa. Chang yang terbelenggu oleh asma, Ridwan yang dibebani kematian ayahnya, dan Rambe yang merasa dilupakan ibunya.


SPOILER ALERT: Lewati bagian ini jika tidak ingin membaca spoiler

Tokoh anak perempuan pun punya masalah tersendiri. Meutia memilih melarikan diri ke Negeri Bawah Air sebagai kompensasi atas musibah yang merenggut keluarganya. Ratna ingin adik dan karena itu dengan senang hati menampung Meutia yang kehilangan keluarga sampai sepupunya itu jadi aneh dan memperlakukannya seperti dayang. (Spoiler ends)


Uniknya, seperti yang dikatan pengarang dalam blognya, memang tak ada pengaruh orang dewasa dalam masalah mereka. Kelimanya saling membantu demi mengobati luka hati masing-masing. Anak-anak ini juga digambarkan berpikir kritis untuk menganalisis dan memecahkan masalah. Dan karena peran orang dewasa tidak menonjol di sini, semuanya (kecuali Ratna) jadi tak memiliki prasangka terhadap masalah teman-temannya. Saya membayangkan, jika ada anak seperti Meutia dalam dunia kita, mungkin para orangtua sudah menyuruh Ridwan, Rambe, dan Chang menjauhi gadis itu dan menudingnya sebagai anak aneh atau sinting. 


Dan menyenangkan sekali membaca kisah soal anak laki-laki yang gentle dan humanis seperti Ridwan, Rambe, dan Chang hingga mau membantu Meutia menghadapi ketakutannya. Begitu gentlenya sampai saya merasa karakter mereka bertiga terasa utopis (kita sudah terbiasa dengan anak laki-laki yang usil dan bersikap kurang ajar pada anak-anak perempuan ^^v). Tapi... jika karakter-karakter dalam novel ini bisa ditanamkan pada anak-anak, alangkah menyenangkannya masa anak-anak. Trauma masa kecil, kasus bullying, dan hal-hal mengerikan yang menimpa dunia anak-anak saat ini mungkin bisa jauh berkurang.


Adegan paling lucu menurut saya adalah saat Chang merasa sesak napas di curug saat "berhadapan dengan Rangaswazir" dan berada di ambang maut. Meutia yang hanyut dalam perannya sebagai putri malah mengoceh soal Rangaswazir dan itu membuat Chang jadi sebal. Jadi ini adegan yang gawat, tapi jadinya malah kocak (dalam artian positif). 


***

Sayangnya, novel ini baru terasa menarik setelah 47 halaman awal terlewati, yaitu mulai dari adegan setelah Rambe bertemu dengan Meutia. Dari situ barulah misteri dalam novel ini begitu terasa menggugah rasa penasaran dan tampak jelas akan di bawa ke arah mana. Sebelumnya penulis memang menceritakan soal keseharian Rambe, Ridwan, dan Chang serta penguatan karakter dan ciri khas masing-masing tokoh. Tapi akan lebih baik jika misteri soal Meutia mungkin sudah disuguhkan sebagai gosip di awal cerita. Agar cerita lebih mengikat dari awal. Karena sebelum sampai di halaman 47 itu saya terus bertanya-tanya, "ini mana Dunia Bawah Air"nya? Setelah itu baru kepingan-kepingan puzzle mulai terangkai satu demi satu. Dan setelah itu, setiap kali membaca ulang novel ini, cerita rasanya jadi semakin haru dan memikat. 


Cara penulis dalam memberikan petunjuk atas apa yang sebenarnya terjadi pada Meutia juga menarik. Keping-keping puzzle diberikan melalui detail cerita yang ada. Mengajak pembaca ikut merangkai dan menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi pada Meutia. Benarkah dia anak korban tsunami Aceh? Apa yang sebenarnya terjadi pada orangtua dan "adik-adik" Meutia? Dan ketika semua rahasia terbuka di akhir, barulah kita bisa paham, oh jadi karena itulah ada elemen ini dan itu pada cerita Meutia.


Nama Rangaswazir sebagai tokoh antagonis di sini juga menarik. Diceritakan bahwa Rangaswazir adalah perdana menteri yang kemudian kehilangan wujud kasarnya setelah hatinya jadi busuk. Ia pun menebarkan ketakutan pada orang-orang dan anak-anak berhati lemah. 


Spoiler: Rangaswazir sendiri adalah simbol akan kekacauan yang menimpa dunia saat ini. Rangaswazir bisa mewakili apa saja, kelaparan, bencana alam, sifat rakus manusia, dll. Dan nama yang terkesan sangar ini menurut saya benar-benar permainan kata apik dari anagram "Wazir sangar". Sederhana tapi unik


Lalu, lebih baik jika adegan-adegan dalam cerita ini diberi jeda tanda bintang (***) di beberapa bagian. Terutama ketika ada pergantian adegan, tempat, atau waktu, atau sudut pandang penceritaan karakter. Pada beberapa bagian (meski tak semua), bagian-bagian itu begitu panjang tanpa jeda sehingga jika saat membaca kurang konsentrasi, perpindahan-perpindahan itu jadi agak membingungkan. Dan... agak susah saat membaca bagian cerita yang memperkenalkan konflik Rambe dengan keluarganya yang banyak itu. Ada banyak seliweran nama seperti Tagor, Oloan, dll yang diceritakan dalam satu frame sekaligus. Meskipun pada akhirnya nama-nama tersebut tak terlalu berperan dalam cerita.


Lalu awalnya sempat menebak-nebak di mana seting cerita ini, karena para tokohnya tampak multietnis. Baru kemudian pada halaman berapa puluh sekian disebutkan bahwa setingnya di Lembang. Jadi ingat film Petualangan Sherina hehe...  Sebaiknya kejelasan seting tempat dijabarkan dari awal agar pembaca bisa langsung membayangkan suasananya.


***

Buku yang ada pada saya ini adalah cetakan kedua tahun 2010. Jadi sudah langka dicari. Saya sendiri mendapatkannya setelah pesan dari toko buku online Belbuk. Tentunya asyik kalau buku ini bisa diterbitkan ulang. Namun, penulisnya mengalami kesulitan untuk melakukan hal itu, karena ternyata... penerbit Balai Pustaka sudah lama tutup dan... penulis kesulitan mengurus pengalihan hak terbit. Penulis sudah berusaha menghubungi pihak-pihak terkait namun... belum mendapat tanggapan yang berarti. Tentu bagus jika sesama penulis buku anak bisa bahu-membahu memberikan dukungan soal ini. Siapa tahu ada penulis-penulis lain yang bernasib serupa?


Kabar terakhir, penulis tampaknya berniat mengedit ulang cerita ini dengan layout dan ilustrasi yang baru untuk proyek amal budaya membaca. Semoga niat ini pun bisa mendapat dukungan dari sesama penulis dan ilustrator buku anak lainnya. Sayang jika kisah-kisah seperti Negeri Bawah Air berhenti sampai di sini saja.



Tung-Tung bercucuran air mata selesai membaca buku ini XD


Selasa, 19 April 2016

6

Review My School Days Has Just Begun: Kisah Ngenes si Genius Femes



Kover light novel yang menampilkan tokoh Takahashi dan Satou (iya, Satou itu nama cewek. Nama keluarga)

Judul: My School Days Has Just Begun
Penulis: Okamoto Takuya
Ilustrator: Non (Yaay! Ilustrator yang sama dengan yang di The Shut Ins)
Penerjemah: Stellani Purwadihardja
Editor: Angga Mahardika SP
Penerbit: PT Shining Rose MEdia
Cetakan Pertama: Januari 2016
Tebal: 368 halaman
Harga: Rp 66.000,00



"Sekolahku adalah Sekolah Swasta Yaoyorozu Gakuen. Bila dibandingkan dengan sekolah lain, kegiatan klub di sekolah ini memegang peranan yang sangat penting. Persentase siswa yang ikut kegiatan klub dan komite sekolah melebihi 99,99%. Sampai ada sebutan, 'kalau tidak masuk klub maka orang itu bukan manusia'." (halaman 3)

Dan salah satu orang yang masuk kategori, 'bukan manusia' itu adalah Takahashi, tokoh utama kita. Seorang anak lelaki kelas 2 SMA dengan pemikiran suram dan super pesimis. Begitu suram sampai ia berpendapat bahwa cinta dan persahabatan hanyalah konspirasi perusahaan iklan. Ia sudah menyerah untuk melatih kemampuan komunikasinya dengan orang lain, sengaja tak bergabung dengan klub apa pun, dan malah mengembangkan berbagai teknik "Life Hack" yang membuatnya bisa bertahan di tengah gegap-gempita kawan-kawan sekolahnya yang begitu menikmati masa muda. Salah satunya adalah dengan bermeditasi, menghilangkan aura keberadaan di kelas saat jam istirahat. Jam istirahat adalah masa paling berat bagi Takahashi karena semua oranxg asyik saling berinteraksi kecuali dirinya.

Kesuraman dan kepesimisan itu sudah terlihat dari caranya mendeskripsikan bunga sakura yang mekar tepat di tahun ajaran baru. 

"...Bunga terindah yang ada di atas sana sekalipun, jika sudah menyentuh tanah akan kotor terinjak-injak oleh lautan manusia. Yang tadinya cantik pun, akan terlihat kotor." (hal 1-2). 
  
***

Penampakan halaman berwarna untuk pengenalan tokoh. Sayang kesannya jadi nggak rapi karena double spread. Lihat gambar wajah "Watabe" yang 'terbelah' (Kalau light novel The Shut Ins sih double spreadnya masih rapi karena halaman pengenalan tokohnya nggak sepanjang ini, plus dari sananya memang nggak 'membelah' bagian tubuh karakter). Akibatnya gambar mini poster  di belakangnya pun mengalami nasib yang sama. Usulan aja sih, Shining Rose bisa belajar dari format mini poster berwarna Penerbit Katalis Pustaka yang menerbitkan Narcissu. Poster mini dan pengenalan tokohnya nggak double spread. Tapi dipasang memanjang dari satu halaman. Meski terlipat, setidaknya gambar fullnya bisa dinikmati dengan lebih jelas)




Meski begitu, sebenarnya Takahashi pun seperti orang normal pada umumnya, ingin keberadaannya diakui, ingin memiliki masa muda yang indah.

Baiklah aku menyerah. Siapapun berikanlah aku hadiah. Sepaket hadiah yang berisi teman, pacar, dan hari-hari yang sempurna. (halaman 3).

Sebenarnya alasan Takahashi tak mau bergabung dengan klub apa pun itu bukan karena tak memiliki bakat. Justru, bisa dibilangnya bakat tersembunyinya sangat mencengangkan! Semasa SD ia bergabung dengan begitu banyak klub olahraga junior di sekitar rumahnya dan selalu menjadiace. Mulai dari baseball, sepakbola, sumo, sampai curling dan kabaddi! Belakangan diketahui kalau Takahashi pun menguasai judo. By the way apa itu curling dan kabaddi? Dalam light novel ini keberadaan catatan kaki benar-benar membantu penjelasan informasi trivia yang bertebaran di sepanjang cerita. Curling itu olahraga/permainan di es yang berasal dari Skotlandia . Sedangkan Kabaddi adalah olahraga permainan tradisional India. Sudah itu saja. Tak perlu repot-repot Googling karena dua hal ini benar-benar cuma trivia alias muncul cuma sekedar pernyataan pendek. 

Dan bagaimana bisa ada orang yang sampai bikin klub junior curling dan kabaddi di Jepang? Di situ misterinya. Mungkin Jepang saat ini (terutama di kota-kota besar seperti Tokyo), benar-benar sudah mulai melting pot kaya di USA. 

Dari sini sudah mulai kelihatan "khayalnya?"

Tunggu sampai fakta soal Takahashi dibeber lebih lanjut. Nggak cuma jenius dalam bidang olahraga (saat masih SD), ketika SMP ia pun bergabung dengan begitu banyak klub kebudayaan dan meraih predikat jenius juga di masing-masing bidang. Mulai dari kare (kare???), rap, origami, ayatori, ramalan, astronomi, etc... etc...

Luar binasa bukan?

Anehnya, kejeniusan Takahashi hanya berlaku untuk kegiatan klub! Bukan kegiatan akademik. Bahkan saat ujian kelulusan SMP dan masuk SMA pun ia harus belajar mati-matian di musim dingin agar bisa melewatinya, layaknya murid biasa lainnya. Padahal, klub-klub yang diikutinya pun berhubungan dengan bidang pengetahuan seperti sastra, astronomi, biologi, dan lain-lain. Ah, mungkin apa yang dia ketahui dari klub itu tidak muncul di ujian tertulis yah. Wajar sih.

Lalu kenapa orang secemerlang Takahashi bisa tersingkir dari pergaulan? 

[Spoiler Alert. Lewati bagian ini, jika tidak ingin membaca spoiler: 

Semua itu ada hubungannya dengan masa lalunya yang kelam. Ternyata kelebihan-kelebihan Takahashi tersebut tidak membantunya dalam memperoleh teman (dan menjadi teman) yang tulus. Karena merasa jago, Takahashi pun mulai memperlakukan orang-orang di sekitarnya dengan seenaknya. Alhasil tim dari berbagai klub olahraga junior itu pun menyingkirkannya satu demi satu. 


Setelah masuk SMP Takahashi melampiaskan rasa sepinya dengan bergabung di berbagai klub budaya. Tidak dijelaskan apa Takahashi pun semena-mena pada orang-orang yang kemampuannya ada di bawahnya. Sepertinya ia cukup belajar dari shock yang ia terima di masa SD. Tapi kali ini, justru karena ia terlalu serius dalam menekuni bidang-bidang itulah anggota klubnya jadi tidak tahan. Akhirnya ia pun terus sendirian sampai naik ke kelas 2 SMA. Spoiler Ends]

Saat ia sudah putus asa itulah, sesosok malaikat (atau iblis???) imut bernama Satou muncul. Gadis yang merupakan anggota OSIS di bagian pengelolaan klub ini tiba-tiba saja mendekati dan membombardir Takahashi dengan pengetahuannya soal masa lalu cowok itu. Tidak jelas darimana dia bisa dapat pengetahuan sedetail itu. Soal itu sampai akhir pun tetap jadi misteri. Jadi simpulkan saja kalau dia dapat wangsit langsung dari pengarang. Nah, Satou ini ternyata berambisi menjadi ketua OSIS, dan untuk itu ia butuh dukungan dari berbagai macam klub sekolah yang jumlahnya sampai melebihi 1000! (DANG!) Satou berniat memanfaatkan kejeniusan Takahashi untuk mendapatkan dukungan klub-klub tersebut. Caranya adalah dengan membuat satu klub baru yang fungsinya adalah menyelesaikan masalah klub-klub lain. 

Apakah Takahashi langsung mengiyakan?
  
Sebagai cowok, dia jual mahal dulu tentu. Apalagi Satou kentara sekali ingin memanfaatkan Takahashi. Saat ditanya keuntungan apa yang akan didapat Takahashi jika membantunya jadi ketua OSIS, Satou malah menampakkan wajah datar. Setelah itu dia malah pura-pura tak kenal dengan Takahashi. Kaget karena Satou tak segigih itu dalam memperjuangkan dukungannya, akhirnya malah gantian Takahashi yang sampai bersujud-sujud demi bisa bergabung dengan Satou. Laaaaah? Sampai di sini aku langsung jengkel sama Satou. Baik di dunia fiksi maupun di dunia nyata, aku paling anti sama tukang manipulasi begini. Susahnya... kalau nggak gitu cerita ini jadi nggak lucu hhiaaah.

***

Klub Takahashi resmi dibuat. Berkat bantuan cewek bernama Watabe, kenalan Satou dari klub media massa, iklan bahwa klub Takahashi bisa menyelesaikan berbagai permasalahan klub mulai mendapat respon. Klien pertama mereka adalah klub ramen yang membuka warung ramen dan sepi pengunjung. Berkat nasihat Takahashi agar mereka menyesuaikan cita rasa, harga dan porsi ramen untuk anak SMA, klub ramen berhasil diselamatkan. Lalu... datanglah permohonan dari klub soba, klub udon, dan nagashi somen. Semuanya klub mie! Huahaha... Klub di Yaoyorozu Gakuen memang nggak ada yang beres!


Kemudian datang permohonan dari klub yang "lebih mainstream", klub judo. Takahashi ditipu Satou yang mengatakan bahwa sang ketua klub judo yang bernama "Inokuma Tatsutora" adalah perempuan. Tapi kan nggak ada yang bilang kalau "kemungkinan itu pasti benar"! Si Ketua judo tentu saja adalah lelaki besar dengan tenaga monster. Karena judo sudah mewarnai kesehariannya sejak kecil, dia sampai punya refleks membanting orang-orang yang mendekatinya. Akibatnya semua anggota klub harus dirawat di RS! Dan demi membantu Inokuma untuk mengontrol refleksnya ini Takahashi nyaris kehilangan nyawa.



"Takahashi kun, siapa bilang kalau Inokuma Tatsutora chan itu laki-laki?" pancing Satou agar Takahashi bersedia memenuhi permintaan tolong dari klub judo.  Demi memenuhi "jalan judo" (atau panggilan hormon???) Takahashi pun menemui Inokuma chan dan mendapat kejutan."

Yang janggal memang bagaimana Takahashi bisa dengan mudah "recalling" dan "summoning" semua kemampuannya dengan spontan. Padahal, diceritakan bahwa dia sudah lama nggak melakukan semua kegiatan itu. Misalnya, dulu aku suka sekali main kibor, sampai bikin lagu. Nggak latihan berapa bulan aja, jari-jariku akan terasa asing dengan tuts-tuts kibor (hiks).Sense-nya bisa aja kembali lagi, tapi butuh waktu. Orang yang jago martial arts sekalipun juga begitu. Lama nggak melatih jurus atau latih tanding dengan rekan, kemampuannya pun akan menumpul. 

Tapi Takahashi kan jenius. Jadi dia bisa dengan mudah melakukan lagi semua kemampuannya yang tak terasah itu. Asem sekali plot device Tensai Takahashi (si jenius Takahashi ini). Tapi sekali lagi, di situlah lucunya. Arrgh... 

***


Di luar dugaan, meskipun tahu dirinya dimanfaatkan habis-habisan (plus sering dilecehkan secara mental dan psikologis) oleh Satou, Takahashi menikmati kegiatannya yang baru. Dengan berada di klub itu, ia jadi bisa berinteraksi dan dikenal para anggota klub yang lain. Juga bisa memanfaatkan kemampuannya untuk membantu mereka. Mau tidak mau walau Satou adalah tokoh berhati kotor yang menyebalkan, kita jadi berterimakasih juga padanya (AARRGH).

Nggak ada yang nyangka kan kalau anak seimut Kazama san ini ternyata seorang kunoichi alias ninja perempuan? Demi merebut ruangan klub dan membangkitkan lagi klub ninja warisan dari kakaknya, dia menantang semua klub Yaoyorozu untuk bertanding, membuat kekacauan, dan mengancam akan membunuh Takahashi kun. Namun, pada akhirnya dia jadi satu lagi korban manipulasi Satou yang begitu berambisi jadi Ketua OSIS

[SPOILER ALERT. Lewati bagian ini jika tidak ingin membaca spoiler 

[Selain berusaha meraih dukungan para klub, dia ternyata berniat menghapus beberapa klub kecil yang anggotanya cuma sedikit dan kegiatannya tidak jelas. Satou melakukan hal ini pun ada alasannya. Seribu klub dalam satu sekolah! Bayangkan bagaimana repotnya sekolah dalam menganggarkan dana untuk mereka kan. Dan membludaknya klub ini juga gara-gara ketua OSIS yang bernama Ohanabatake, cewek super baik yang nggak bisa menolak permintaan siapa pun. Ketua OSIS seperti inilah yang posisinya ingin digantikan oleh Satou. Hal ini memicu pemberontakan klub. SPOILER ENDS]

Ohanabatake. Gadis "malaikat" yang bertanggungjawab mengubah Yaoyorozu Gakuen menjadi "surga" bagi lebih dari 1000 klub. Sekaligus membuat para pengurus OSIS menderita "neraka" defisit anggaran.

Dan akhirnya berujung pada disanderanya Satou. Takahashi yang meski menguasai ilmu bela diri ternyata benci kekerasannya pun terombang-ambing antara ingin menyelamatkan Satou atau pulang saja dan nonton rekaman serial TV sejarah!

***

Yeah, membaca light novel ini (sebagaimana light novel lainnya) harus sambil membayangkan dan menyesuaikan logika seolah sedang menonton anime di atas kertas. Untuk light novel ini, modelnya ya seperti nonton gag anime super ancur (dalam artian positif) seperti Chuunibyou Demo Koi Ga Shitai. Sifat suram Takahashi sendiri rasanya familiar dengan sifat tokoh utama di anime OreGaIru

Bahkan di author note, setelah epilog novel ini, pengarangnya sendiri bilang kalau dia menuliskan "cerita bodoh" ini sebagai refreshing karena sebelumnya mengerjakan serial yang lebih serius. Benar-benar seperti pelampiasan stress saja. Hahah... Stress yang menghibur orang lain.

Cerita ini cocok buat mereka yang sudah terbiasa dengan cerita gila ala anime-anime yang kusebutkan di atas, dan ingin mendapatkan sensasi letupan humor absurd di sepanjang ceritanya. Aku ngakak terus saat membaca light novel ini.. di depan rekan-rekan kerjaku saat jeda istirahat! Mereka sampai menatapku aneh.

Kekurangannya adalah... di satu titik, aku mulai merasa lelah dengan keabsurdan dalam cerita ini yang seolah tanpa jeda. Aku berharap ada twist yang mengharukan dan memancing perenungan seperti anime genre slice of life dan komedi yang lain. (Biasanya gag anime slice of life dimulai dengan keabsurdan yang mengocok tawa, diakhiri dengan perenungan yang bisa bikin menitikkan air mata. Tapi light novel ini absurd dari awal sampai akhir!) Selain itu ada beberapa bagian humor yang susah dimengerti karena ditulis dalam frase dan kalimat yang sangat panjang. Kalimat-kalimat panjang ini begitu menggganggu, tapi sepertinya dari aslinya pun begitu. Penerjemahnya pasti sudah berusaha dengan segala daya dan upaya untuk membuat narasi dan dialognya bisa dimengerti oleh pembaca lokal. Dan... membuat humor dari bahasa dan kebudayaan Jepang bisa tetap dimengerti oleh pembaca dari background bahasa dan budaya kita pun pastinya butuh usaha keras.

***
After Read
  
Pada akhirnya, keseluruhan cerita ini bisa menjadi perenungan tersendiri. Terutama soal hubungan antarmanusia. Sebagai individu, wajar jika kita ingin menonjolkan kemampuan diri di depan orang lain. Dan berada di atas biasanya rentan membuat kita menjadi sombong. Dan akhirnya dibenci. Namun, orang yang pernah terpuruk karena melakukan kesalahan seperti Takahashi pun bisa memiliki kesempatan untuk memperbaiki kepribadiannya kan?

Di sisi lain, pernahkah kita meremehkan usaha orang yang begitu terlihat sungguh-sungguh? Sadarkah kita mengapa dia berusaha begitu gigih dalam membuktikan dirinya? Mudah kita mencela dan mencibir. Baru jika orang itu sudah melejit dan melesat jauh di depan, barulah kita terkagum, terheran, atau malah yang lebih buruk.... merasa iri bahkan dengki?

 Ternyata bukan kemampuan dan kehebatan kita yang membuat keberadaan kita lebih berharga. Tapi bagaimana kita memanfaatkan kelebihan itu agar berguna bagi diri sendiri dan sekeliling kita. Seperti salah satu konsep dalam 7 Habits of Effective People, untuk sukses, kita perlu bersinergi dengan orang lain, dan belajar untuk menyelesaikan permasalahan secara win-win.

 Dan bagian favoritku di sini adalah saat tokoh bernama Kondou kun mengatakan justru karena ia awalnya tak bisa baseball, setiap keberhasilan yang bisa ia raih begitu berharga dan memicunya untuk berusaha lebih keras lagi sampai jadi benar-benar jago. Berbeda dengan Takahashi yang langsung bisa menguasai semuanya sehingga tidak merasakan pencapaian apa pun(kurang bersyukur kau, Nak Takahashi!)

Kita seringkali lupa bahwa di setiap hasil selalu ada proses. Dan bahwa proses tidak akan membohongi hasil... Sesuatu yang dipelajari dengan sekuat tenaga, justru terasa lebih berharga daripada terus melakukan hal yang mudah saja kan.

Menarik, ketika melalui kejadian-kejadian yang Takahashi alami di klub, hingga akhirnya dihadapkan pada orang yang pernah ia perlakukan buruk di masa lalunya, Takahashi kemudian bisa menyimpulkan, "Ternyata dulu aku pun tak bagus-bagus amat. Ternyata dulu aku orang yang menyebalkan ya."

Dan berawal dari kesadaran itulah, Takahashi mulai menghargai orang-orang yang ada di sekitarnya. Dan melanjutkan hari sambil berpikir, "Masa sekolahku baru saja dimulai."

...By the way.... pengarangnya sendiri bilang kalau ini adalah karya yang "bodoh", tapi aku kok begitu serius sekali membahasnya. Jadi merasa bodoh sendiri. Huahuahuahauhau.

Kesan Tung-Tung setelah membaca Light Novel yang edan ini

Jika ingin melihat preview novel Bab 1-nya, langsung saja ke web penerbitnya di sini

Selasa, 31 Desember 2013

0

DUA MALAM DIBUAT MABUK DALAM PELAYARAN PERAHU KERTAS



Judul: Perahu Kertas
Penulis: Dee (Dewi Lestari)
Penerbit: Bentang Pustaka & Truedee
Cetakan Pertama: Agustus 2009
Tebal: 456 halaman
Harga: Rp 69.000,00


Neko benar-benar nggak menyangka. Sudah hampir sebulan kiranya tak kunjung tergerak untuk segera menaiki Perahu Kertas yang dinahkodai oleh Dee, sekalinya iseng-iseng naik, eh malah terjebak di dalamnya selama dua hari berturut-turut. Kapten Dee telah membawa Neko mengarungi tempat-tempat seperti Sanur, Ubud, hingga Ranca Buaya. Kadang kala perahu itu bergerak meninggalkan samudra dan melayang di atas kota Bandung dan Jakarta. Pada akhirnya, pelayaran itu berhenti dan Neko pun kembali ke Malang dalam keadaan sempoyongan akibat mabuk kepayang. Awesome! Gelombang-gelombang kisah dalam dongeng Perahu Kertas sukses membuat Neko terombang-ambing (sampai minum Antimo berkali-kali) dan nyaris kesasar. 


Tadinya Neko kira Keenan sang pelukis akan langsung jadian dengan Kugy, si juru dongeng, setelah berkali-kali menghadapi proses munculnya pihak ketiga. Nyatanya kisah roman ini tidak selesai semudah itu. Agaknya Neko lupa bahwa novel ini memiliki ketebalan 444 halaman (434 untuk murni cerita). Lupa juga akan kenyataan bahwa Dee pernah meraih penghargaan The Most Playful Reader's Mind Writer. Menjelang puluhan halaman terakhir, Neko udah miris dan pesimis bahwa Kapten Dee akan membiarkan dua awak utama perahunya, Keenan dan Kugy, bersatu dan hidup bahagia selamanya. Neko sudah siap menelan cerita pahit akan kasih tak sampai. Neko sudah bersiap-siap menghela nafas untuk berhadapan dengan fakta bahwa tak selamanya kita bisa mendapatkan semua yang kita inginkan seperti dalam dunia dongeng. Bahkan dalam dunia dongeng sekalipun. Adakalanya dongeng indah tak berakhir indah.


Namun, tanpa tedeng aling-aling, ketika perahu ini sudah semakin dekat dengan kenyataan yang pahit itu, tiba-tiba Kapten Dee memutar kemudinya. Perahu kertas yang Neko tumpangi pun berbalik 180 derajat menuju ending yang Neko kira mustahil. Dan taraaaa…di sinilah Neko sekarang, menyumpah-nyumpah karena berhasil dipermainkan lagi oleh Dee. (Somebody please bring me Antimo or Antangin!) Ada bahagia, juga sedikit rasa sebal dengan ending pelayaran ini. Keenan dan Kugy pun berhigh five di depan Kapten Dee yang berseloroh melalui senyumnya, "Rasain lu, udah mabok kena perahu kertas gue."
SIAL!
*****


Hah? Dee nulis teenlit populer? Begitu pemikiran Neko saat membaca sinopsis di kover belakang Perahu Kertas.


Namanya Kugy. Mungil, pengkhayal, dan berantakan. Dari benaknya, mengalir untaian dongeng indah. Keenan belum pernah bertemu manusia seaneh itu.
Namanya Keenan. Cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Dari tangannya mewujud lukisan-lukisan magis. Kugy belum pernah bertemu manusia seajaib itu.
Dan kini mereka berhadapan di antara hamparan misteri dan rintangan.
Akankah dongen dan lukisan itu bersatu?
Akankah hati dan impian mereka bertemu?

 
Sinopsis itulah yang membuat Neko mengacuhkan perahu ini selama satu bulan. Saya sudah membaca Ketiga seri Supernova, Filosofi Kopi, sampai Rectoverso. Sekarang Dee malah membuat cerita dengan konsep se-simple dan seklise ini? Come on!


Yah, berapa banyak formula cerita-cerita roman yang diramu dengan larutan "cewek aneh ketemu pangeran keren nan tampan"? Dalam perahu ini, awak kapal yang aneh itu adalah Kugy, cewek buta fashion dengan pemikiran kanak-kanak yang terbungkus acak dalam casing seorang mahasiswi Fakultas Sastra yang bercita-cita menjadi penulis dongeng. Lalu sesuai dengan sinopsisnya, pangeran tampan yang memancarkan pesona fisik alami (blasteran Belanda bow!) yang terdampar di perahu ini tentu saja Keenan.



Versi cover yang lain. Neko sih lebih suka yang ijo. Bagaimana dengan kamu?
    
Dan kemudian silih berganti hal-hal yang saya anggap klise khas teenlit atau chicklit mengisi lembar-lembar pertama novel ini. Keenan yang berkeinginan menjadi pelukis tapi ditentang sang ayah lalu dipaksa kuliah di jurusan manajemen. Persahabatan Kugy, Noni, dan Eko . Surat-surat dalam perahu kertas yang dilayarkan oleh Kugy untuk Dewa Neptunus, dan akhirnya sang pangeran (Keenan) pun tertarik dengan Kugy, si Mother Alien. Dialog-dialog ringan pun mengalir. Neko tetap bertahan, menanti-nanti sang Nahkoda memperlihatkan ciri khasnya yang sesungguhnya. 


Kugy tertarik dengan bakat melukis Keenan. Di saat yang sama, Keenan pun tertarik dengan dongeng-dongeng unik yang ditulis Kugy. Ia lalu melukis karakter-karakter berdasarkan cerita itu. Alhasil, Kugy pun terharu dan hoplaaa… munculah bibit rasa suka di hati mereka berdua. Namun, bibit itu tak dengan mudahnya saja berkembang, karena Kugy sudah memiliki Joshua atau Ojos. Baiklah…cinta segitiga pun dimulai. Di tengah-tengah kebingungan Keenan dan Kugy, Kapten Dee menambahkan konflik menjadi cinta segiempat dengan memunculkan Wanda. Wanda adalah seorang kurator lukisan muda yang naksir setengah mati pada lukisan Keenan dan juga pelukisnya. Wanda yang Miss Perfect, cantik, berselera fashion tinggi dan mengerti benar dunia Keenan sukses membuat Kugy minder dan pelan-pelan mundur teratur. Sering dengar situasi ini kan di chicklit-chicklit? Tokoh utama dibuat berkecil hati oleh kedatangan pesaing yang memiliki kelebihan dalam segi fisik. Neko hanya menghela nafas, tapi tak juga memutuskan untuk mengakhiri pelayaran ini.


Situasi semakin menyesakkan bagi Kugy ketika Noni dan Eko (pacar Noni), sahabatnya, berniat untuk mencomblangi Wanda dengan Keenan dan…berhasil! Dari sini konflik psikologis yang diderita Kugy diperlihatkan begitu ekstrim. Gadis yang dijuluki Mother Alien pun pelan tapi pasti mulai mengalienasi dirinya dari orang-orang terdekatnya. Eko, Noni, dan tentu saja Keenan mulai bertanya-tanya, tapi Kugy tetap bungkam dan terus menjauh. Di saat yang sama Keenan memutuskan untuk mengambil keputusan paling ekstrim sepanjang hidupnya: berhenti kuliah. Keenan memutuskan untuk memilih melukis sebagai jalannya setelah keempat lukisannya yang dipajang di galeri seni bergengsi, Warsita, milik ayah Wanda laku terjual. Keputusan ini berarti Keenan melawan ayahnya dan akhirnya didepak dari rumah. 


Keenan lalu memutuskan untuk hidup prihatin dengan pindah ke kamar kos yang sangat kumuh, sementara ia menyiapkan diri untuk pameran lukisan di Jakarta yang dijanjikan Wanda. Mulai dari sini Neko mulai menahan nafas. Pasalnya keempat lukisan itu sebenarnya laku karena dibeli sendiri oleh Wanda. Bukan oleh kolektor lain yang memang tertarik dengan bakat anak muda itu. Keenan sudah DO dari kuliahnya, didepak oleh ayahnya, dan menjadi semakin kurus karena harus menghemat ini-itu sejak tinggal di tempat kosnya yang pengap. Apa jadinya bila ia tahu kebohongan Wanda???


Kugy yang semakin frustasi akan perasaannya sendiri memutuskan untuk mulai menyibukkan diri dengan mengambil SP dan semakin serius dengan kuliahnya. Ia lalu menjadi sukarelawan di Sakola Alit, sekolah yang dirintis oleh teman-temannya bagi anak-anak buta huruf di sebuah desa yang terpencil di Bandung. Di sana ia berhasil merengkuh hati murid-muridnya yang bandel dengan metode menulis dongeng. Ia menulis buku dongeng tentang kehidupan anak-anak sekelasnya untuk memotivasi mereka belajar membaca. Terciptalah dongeng Jendral Pilik dan Pasukan Alit. Setelah menyelesaikannya, buku pertama dongeng itu berpindah tangan kepada Keenan. Kisah-kisah di dalamnya menginspirasi Keenan dan membuatnya menemukan karakter yang kuat bagi lukisan-lukisannya. Terciptalah lukisan Jendral Pilik dan Pasukan Alit.


Kesibukan Kugy membuat perhatiannya terhadap Keenan teralih sekaligus menyeretnya semakin menjauh dari kedua sahabatnya, Eko dan Noni, juga pacarnya, Ojos. Hebatnya lagi Kugy tetap teguh untuk menanggung semua beban hatinya sendirian. Puncaknya tidak hadir di pesta ultah Noni. Pasalnya pesta itu diadakan di rumah Wanda. Persahabatan yang telah terjalin selama 20 tahun pun retak sudah. Di saat yang sama, Keenan pun juga retak setelah kebohongan gigantis Wanda dibongkar sendiri oleh pelakunya dalam keadaan mabuk. Keenan langsung mengembalikan cek hasil penjualan keempat lukisannya kepada Wanda dan menghilang.


Keenan benar-benar mencapai titik paling nadhir hidupnya. Tanpa uang, keluarga, harapan dan kebanggaan, ia memutuskan untuk membuang mimpinya. Berhenti melukis. Hal yang justru membuat Kugy semakin tidak simpati. Keenan pun makin terpuruk. Untungnya, sebelum pangeran kita semakin frustasi dan akhirnya memutuskan bunuh diri dengan melompat keluar dari Perahu KertasKapten Dee segera bertindak. Buru-buru ia mengirim Keenan ke Ubud dengan sekoci. 


Setelah Keenan mengetahui kebohongan Wanda, dengan hati hancur, ia mengirimkan keempat lukisannya yang tadinya dibeli Wanda dan lukisan Jendral Pilik ke Poyan (Paman) Wayan di Ubud. Wayan adalah seorang seniman Bali yang merupakan sahabat lama ibunya. Orang yang sudah menjadi ayah kedua baginya. Saat mengirimkannya, Keenan tak menduga bahwa satu dari kelima lukisan itu akan segera membawa titik balik dalam hidupnya. Paman Wayan memajang lukisan Jendral Pilik dan Pasukan Alit, dan segera laku seharga tiga juta, dibeli oleh seorang kolektor. Mengetahui hal itu, Keenan pun memutuskan untuk mengejar kembali mimpinya di Ubud.


Di sana ia bertemu Luhde, seorang remaja keponakan Wayan yang menyimpan pemikiran mendalam di balik penampilannya yang lugu dan belia. Luhde adalah karakter favorit saya, karena kata-katanya sangat dalam untuk dijadikan bahan kontemplasi. Luhde adalah bagian dalam cerita ini yang akhirnya terasa "Dee banget" bagi saya. Ketika Keenan merasa ragu karena tidak bisa menghasilkan lukisan lagi, Luhde berkata-kata:


"Pelukis yang baik bisa mengungkapkan semuanya, termasuk kekosongan sekalipun."

"Kadang-kadang kanvas kosong juga bersuara. Tanpa kekosongan, siapa pun tidak akan bisa memulai sesuatu."

Ketika Keenan mulai kehabisan ide untuk melukis, Luhde berkata:

"Kadang-kadang langit bisa kelihatan seperti lembar hitam yang kosong. Padahal sebenarnya tidak. Bintang kamu tetap ada di sana. Bumi hanya sedang berputar."

Ketika Keenan terkenang akan Kugy, Luhde menyentak kesadaran lelaki itu dengan berujar:

"Kenangan itu cuma hantu di sudut pikir. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu. Nggak akan pernah jadi kenyataan."


Keenan teringat akan buku dongeng Jendral Pilik dan Pasukan Alit yang terus menemaninya sampai Ubud. Berbekal buku itu, ia pun melukis dan melukis lagi. Memvisualisasikan dongeng-dongeng Kugy di atas kanvas. Kolektor lukisan yang pertama kali membeli lukisan Jendral Pilik datang lagi dan kembali membeli lukisan-lukisan Keenan. Berawal dari situ, kolektor-kolektor lukisan lain pun mulai memburu lukisan Keenan. Keenan pun lalu menjalin hubungan dengan Luhde. Lembaran baru bagi Keenan pun dimulai.


Sementara itu di Bandung, Kugy akhirnya putus dengan Ojos dan pindah kos karena tidak tahan terus perang dingin dengan Noni. Saat ia ngebut menyelesaikan skripsi, Eko banyak membantunya dan justru membuat Noni cemburu dan semakin memusuhi Kugy. Akhirnya setelah dilabrak Noni, Kugy memutuskan untuk hengkang ke Jakarta dan memulai karir barunya sebagai copy writer di sebuah perusahaan periklanan. Ia bertemu dengan Remi, atasannya yang populer yang kagum dengan keunikan Kugy. Apalagi setelah Kugy berhasil membuat presentasi yang sangat bagus bagi sebuah produk perusahaan kelas kakap. (yah lagi-lagi pola cowok keren naksir cewek aneh berulang). Kugy pun mulai menjadi orang kepercayaan kantor dan berulang kali diserahi tanggung jawab sebagai project leader. Hubungan Kugy dan Remi naik tingkat, dari atasan-bawahan, menjadi sepasang kekasih. Lembaran baru bagi Kugy pun dimulai.


Pola cinta segiempat yang samar berulang. Kenapa samar? Karena baik Keenan dan Kugy agaknya secara alam bawah sadar terus mencintai walau sudah menjalin hubungan dengan orang lain di tempatnya masing-masing. Hal ini ditunjukkan dengan Keenan yang tak bisa lagi melukis saat semua kisah dalam buku dongeng Kugy selesai ia lukiskan di atas kanvas. Lalu ibu Keenan datang ke Ubud untuk mengabarkan bahwa ayahnya menderita stroke dan lumpuh total. Keenan kembali ke Jakarta dan mengambil alih kepemimpinan perusahaan untuk sementara. 


Noni akhirnya mengerti alasan Kugy bertingkah aneh selama ini setelah menemukan dan membaca sebuah buku dongeng yang dibuat Kugy untuk hadiah ulangtahun Keenan. Noni pun berinisiatif untuk menyambung kembali persahabatan yang telah putus, setelah tiga tahun lamanya… Diam-diam Noni dan Eko pun mengatur pertemuan Keenan dan Kugy di pesta pertunangan mereka.


Keenan dan Kugy lalu sepakat untuk bekerjasama membuat proyek untuk memperkenalkan Jendral Pilik dan Pasukan Alit kepada khalayak dalam bentuk buku dongeng berilustrasi sekaligus pameran lukisan. Kugy memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai copy writer, dan fokus pada mimpinya sejak kecil: menulis dongeng. Kali ini Keenan yang menyertainya membuat Kugy lebih bersemangat. Kemudian sedikit demi sedikit pun terkuak bahwa Remi adalah pembeli pertama lukisan Keenan (yah sudah nebak sih), alasan ayah Keenan tidak menyetujui Keenan melukis dan semua itu berhubungan dengan masa lalu ibu Keenan dan Wayan.


Pola kedua ini berbeda dengan pola cinta segiempat yang pertama ketika pembaca dibuat sulit untuk bersimpati kepada pihak intruder Wanda dan Ojos. Remi dan Luhde adalah tokoh-tokoh yang mendampingi dua karakter utama dalam mengembangkan diri masing-masing. Remi dan Luhde menyertai kedua tokoh utama ketika jatuh dan frustasi, mengobati luka hati mereka berdua. Karena itu walaupun akhirnya Kugu dan Keenan saling mengakui ketertarikan mereka pada satu sama lain (ya ampuuun lemot banget sih dua orang iniiii >_<), hal itu justru makin menyesakkan mereka. Tak mungkin bagi mereka untuk bersatu selamanya dalam kondisi seperti ini.


Pada akhirnya ending kisah ini pun ditentukan dengan untaian kata, "Hati tak perlu memilih cinta, melainkan dipilih oleh cinta." Afterwords, ternyata memang mustahil mengharapkan sesuatu yang benar-benar klise dari seorang Dee. 


Nb: Thanks for Angie Pritha. Sebelum menemukan keberadaan novel ini di rak buku kamarnya, Neko nggak pernah nyadar kalo novel Perahu Kertas yang bertebaran di Gramedia itu ditulis oleh Dee. Hehehe

Note: 

Novel ini mendapatkan nominasi untuk Khatulistiwa Literary Award untuk Kategori Fiksi (2010), dan juga mendapat Anugerah Pembaca Indonesia untuk kategori Sampul Buku Fiksi Terfavorit (2010)

Resensi ini dibuat pada 6 Juni 2010. Waktu itu Neko publish di blog flpumpublishing...